Vasko berdiri di ambang pintu dapur, kedua matanya menyapu pemandangan yang kacau balau di hadapannya. Dapur yang biasanya rapi kini porak-poranda, dan lebih dari itu — Soraya berdiri di tengah kekacauan itu dengan gaun mahal yang kini ternoda saus, serta sanggul indah yang semula dirangkai rapi kini berubah menjadi sarang burung yang tercerai-berai. Ia menghela napas perlahan, menggeleng pelan, seolah tak percaya kekacauan ini nyata adanya. Tedy, yang berdiri di belakangnya, nyaris tergelak. Sudut bibirnya naik geli, namun begitu tatapannya bertemu dengan sorot mata tajam Vasko, tawa itu menguap begitu saja. Kilatan dingin dari mata sahabatnya itu cukup membuat siapa pun menelan tawa mereka sebelum sempat lahir. Melihat kehadiran Vasko, Soraya buru-buru berdiri. Dengan langkah manja dan