"Saya yang harus berterima kasih pada Tuan Langit, karena telah menolong saya. Saya tidak tahu harus bagaimana kalau tidak ada tuan," jawab Selin dengan tulus. Suaranya lembut, nyaris berbisik, tetapi penuh dengan ketulusan yang membuat ruangan itu terasa lebih hangat. Langit memandang Selin, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis yang sulit ditebak artinya. Cahaya lampu di ruangan itu membingkai wajahnya yang tampan, seolah-olah alam semesta sengaja menciptakan momen itu untuk mengukuhkan karismanya. "Lalu setelah itu apa yang terjadi?" tanya Vasko tiba-tiba, suaranya datar namun sarat dengan ketegangan yang tersembunyi. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya, menahan sesuatu yang tampak seperti amarah atau... cemburu? Langit terkekeh, suara itu rendah dan sedikit serak

