Ampun tuan! Seruan itu menggema di antara dinding-dinding megah mansion yang mendadak terasa menyempit. Soraya bersimpuh di atas lantai marmer yang dinginnya menembus hingga ke tulang, seperti mencengkeram tubuhnya yang gemetar. Matanya yang penuh kebencian sesekali menatap Selin, gadis polos yang berdiri kaku di sudut ruangan, tak tahu harus berbuat apa. Vasko, pria dengan aura dingin dan otoritas yang tak terbantahkan, berdiri menjulang di hadapannya. Suaranya menggelegar, memecah keheningan. "Siapa yang menyuruh kamu menjual Selin?" Kata-katanya seperti petir yang menggelegar di tengah badai. Ruangan yang sebelumnya sunyi kini dipenuhi dengan ketegangan yang hampir bisa dirasakan. Soraya menundukkan kepala lebih dalam, tangannya gemetar. "Saya minta maaf, Tuan. Sungguh, saya tidak

