Setelah Selin pergi dari kamar sang Kakek, langkahnya perlahan menghilang di lorong panjang mansion yang senyap. Di balik itu, dua bayangan lain muncul — Laskar dan Jhon — mendekat dengan wajah penuh tanya dan kegelisahan. Vasko, yang berdiri di depan pintu kamar Kakek, segera menghadang. Wajahnya tampak kesal, bahkan nyaris marah. “Kalian mau apa?” tanyanya tajam. “Kami cuma ingin bicara dengan Ayah,” jawab Laskar dengan suara datar, tapi matanya tak bisa menyembunyikan amarah yang sudah lama dipendam. “Sudah cukup kakek istirahat. Dia tidak butuh kalian berdua—” Namun suara dalam yang lemah namun tegas memotong percakapan itu. “Biarkan saja mereka masuk, Vasko.” Kakek memberi isyarat dengan tangannya, sebuah gerakan pelan namun cukup untuk menenangkan cucunya yang paling ia percayai