KEMARAHAN LUCAS.
Sedangkan Lucas memilih untuk tak memperdulikan apa yang di rasakan oleh gadis itu, ia segera berjalan menjauhi Ivory dan diekori oleh Arnold. Meski Lucas masih tak bisa menghilangkan wajah kecewa Ivory tapi tetap saja ia tak merasa bersalah atas apa yang sudah ia katakan pada gadis itu, ia tak berpikir sama sekali mengenai dampak dari ucapannya apakah menyakiti Ivory atau tidak, Lucas sama sekali tak memperdulikan hal tersebut! Dan ia tekankan Ivory tak ada arti di hidupnya!
Arnold sebenarnya bisa merasakan kekecewaan yang terdengar dari nada suara Ivory, tapi ia juga bingung hal apa yang membuat Ivory merasa sedih dengan yang diucapkan oleh Lucas, karena menurut Arnold pun Lucas benar, mereka tak terlalu dekat dan baru bertemu kemarin, lalu kenapa dan hal apa yang membuat Ivory berharap pada Lucas? Sedangkan jika Arnold melihat dari sisi Ivory, gadis itu hanya perlu waktu adaptasi diantara kondisi keduanya dan Ivory sukses mendapatkan adaptasi itu dan Lucas justru sebaliknya. Hal itu yang membuat mereka beda jalan, dan ada sebuah keyakinan yang Arnold yakini mengenai hubungan Lucas dan Ivory, jika keduanya bisa menjadi pasangan yang normal seperti pada umumnya, hanya saja Arnold tak tau kapan waktu yang tepat untuk keduanya saling bertemu di titik yang sama dan menjadi pasangan yang berbahagia. Tapi langkah yang akan menyulitkan ini adalah Lucas yang masih dibayangi oleh masa lalunya, Moonlight.
Lucas segera memasuki mobilnya sementara Arnold memasuki area supir, ia mulai mengaktifkan mesin mobil Lucas, dan setelah siap kendaraan yang ditumpangi oleh Lucas dan Arnold itu perlahan bergerak menjauhi mansion Lucas menuju ke perusahaan Lucas yang semula hanya menjadi cabang di Las Vegas. Dan, Lucas sudah memutuskan untuk memindahkan segala bisnisnya ke kota ini.
Tak lama setelah mereka menempuh perjalanan, akhirnya keduanya telah sampai di kantor Lucas. Pria itu segera keluar dari mobilnya dan berjalan mendahului Arnold yang bahkan belum turun dari mobil. Lucas berjalan memasuki area kantor dan saat ia berjalan melewati lobby ia tak sengaja mendengar obrolan karyawan kantor mengenai dirinya.
"Ya yang aku dengar, CEO kita tak menikahi gadis yang selalu ada di sampingnya. Menurut orang yang ikut ke acara pernikahannya, mereka mengatakan bahwa gadis itu berbeda! Sangat berbeda!"
"Astaga kau yakin? Jika memang benar, siapa gadis itu? Apa CEO kita hanya memilihnya secara random?"
"Atau jangan-jangan selama menjalankan hubungan dengan Nona Moonlight, Tuan Lucas menjalin hubungan terlarang dengan gadis itu?"
"Kau benar, itu masuk akal. Mungkin hal itu yang membuat nona Moonlight meninggalkan acara pernikahannya."
"Ya, asumsi kalian semuanya masuk ke logika," ucapan bernada tegas dari arah belakang itu berhasil mengalihkan atensi para karyawan yang sedang membicarakan perihal Lucas.
Mereka segera membalikkan tubuh ke arah belakang dan menemukan tubuh Lucas sudah berdiri dengan tegap dan tangan yang menyilang di depan d**a. Ya, pria itu yang berucap dengan tegas dan memotong obrolan para karyawannya yang membicarakan perihal masalah pribadinya. Lucas berjalan dengan sangat cepat mendekati para karyawan wanita itu, dan ia menatap para karyawan itu satu persatu. "Apa? Terkejut melihat objek pembicaraan kalian berdiri di sini?!" sentak Lucas berapi-api. Ia tak suka jika masalah pribadinya menjadi bahan pembicaraan orang lain. Apalagi ini menyangkut asmara, Lucas sangat tak terima!
"Maaf Sir," ucap salah satu karyawan tadi yang membicarakan Lucas.
"AKU MEMBAYAR GAJI KALIAN UNTUK PEKERJAAN KALIAN! DAN PEKERJAAN KALIAN HANYA MENGGUNAKAN OTAK DAN TENAGA! BUKAN MULUT!" teriak Lucas dengan sangat lantang hingga membuat semua karyawan yang membicarakan Lucas menggigil ketakutan. Mereka sudah tau pasti kemana arah nasib mereka jika Lucas sudah meluapkan amarahnya seperti ini.
"KALIAN PAHAM TIDAK?!" tanya Lucas masih dengan teriakan tajamnya.
Mata pria itu memerah karena amarah dan semua karyawan kini tak terkendali, bahkan diantara mereka ada yang menangis karena teriakan Lucas yang sangat menggelegar. Bahkan bukan hanya para wanita yang membicarakan perihal kehidupan Lucas, bahkan para karyawan lain yang tak memiliki salah apapun pada Lucas, ikut terkena dampak. Mereka semua menghentikan pekerjaan mereka dan terdiam dengan jantung yang bergemuruh, mereka tak menyangka kemarahan seorang Karyawan bisa sampai seperti ini. "KATAKAN APA KALIAN PUNYA ALASAN UNTUK MEMBELA DIRI?!" sentak Lucas lagi.
"Nope Sir," jawab wanita yang lain.
Lucas menderukan napasnya, amarah yang semula sudah terpendam dan tenang kini kembali muncul ke permukaan. Dan hal itu berhasil membuat tubuh semua karyawannya meremang ketakutan. "KELUAR DARI KANTORKU! MULAI HARI INI AKU TAK INGIN MELIHAT WAJAH KALIAN!" teriak Lucas seraya menunjuk keempat wanita yang tadi membicarakan kehidupan pribadi Lucas.
Setelah puas memutuskan nasib keempat wanita tadi, Lucas segera menatap ke depan dan menyapu semua penglihatannya. "AKU TAK INGIN MENDENGAR PERIHAL KEHIDUPAN PRIBADIKU MENJADI BAHAN OBROLAN KALIAN! JIKA SEKALI SAJA AKU DENGAR! AKU PASTIKAN NASIB KALIAN AKAN SAMA SEPERTI MEREKA!"
Serentak semua karyawan mengangguk dengan cepat, dan secepat itu pula Lucas berjalan menaiki lift dan meninggalkan keadaan ruang yang begitu mencekam akibat kemarahan Lucas.
Arnold yang baru saja memasuki area kantor terlihat kebingungan dengan heningnya suasana ditambah dengan keempat karyawan yang menangis tersedu-sedu. Arnold segera berjalan ke arah karyawan pria dan menanyakan perihal ini. "Kenapa? Ada apa? Kenapa semuanya terdiam seperti ini?" tanya Arnold penuh keingintahuannya.
"Tadi Boss marah besar karena keempat wanita itu berbicara dan menjadikan kehidupan pribadi Boss sebagai bahan pembicaraan mereka dan sialnya Boss mendengar semuanya dan semuanya berakhir dengan pemecatan mereka." Arnold menganggukkan kepalanya mengerti dengan yang diucapkan oleh pria tadi. Kini ia mengetahui alasan kenapa suasana menjadi mencekam seperti ini.
"Kembali bekerja!" titah Arnold diangguki oleh para karyawan.
Pria itu segera menaiki lift dan berjalan menuju ruangan Lucas yang berada di lantai paling atas. Sesampainya di ruangan Lucas, Arnold segera membuka pintu Lucas dan ia melihat beberapa berkas sudah teronggok di atas lantai marmer dan tentu saja ini adalah dampak dari kemarahan Lucas yang belum mereda. Arnold segera menghembuskan napasnya dan meraih sebotol vodka kemudian memberikannya pada Lucas yang terdiam seraya memandang keluar dimana menampilkan pemandangan kota Las Vegas di pagi hari. "Minumlah," ucap Arnold seraya memberikan botol itu pada Lucas.
Lucas tanpa menatap ke arah Arnold segera meraih botol yang diberikan oleh Arnold dan menenggaknya sempai seperempat, Lucas tak perduli lehernya yang terasa terbakar akibat meminum minuman beralkohol itu secara cepat. Ia masih terbawa emosi karena perlakuan bodoh keempat karyawannya tadi. "Tenanglah, Luc."