1. PERGILAH.
Arnold terus terdiam dengan mulutnya yang sedikit terbuka, pria itu masih tak menyangka ada gadis yang berani pada Lucas selain Moonlight. Meskipun ada perbedaan besar di antara keduanya tapi tetap saja, ini adalah hal langka yang mungkin hanya terjadi seribu banding satu dari seluruh wanita yang ada di dunia ini. "Apa?! Kenapa menatapku seperti itu?!" dengan Ivory lagi tapi Lucas hanya mengangkat satu alisnya.
"Kau berteriak tepat di depan wajah ku?!" sentak Lucas.
"B-bisakah kita langsung sarapan saja?" tanya Arnold berusaha menggagalkan pertengkaran yang akan terjadi sebentar lagi antara Ivory dan Lucas.
Lucas dan Ivory serentak menatap ke arah Arnold, Ivory langsung merubah mimik wajahnya sementara Lucas justru menatap Arnold dengan tatapan tajam menusuknya. "Ya tentu, ayo makan Arnold, jangan pikirkan pria ini," sindir Ivory tentu saja untuk Lucas.
Ivory pun segera menyiapkan makanan di piring Arnold, kemudian di lanjutkan ke piring Lucas tapi saat ia melakukan semuanya untuk Lucas ia tak jarang juga merutuki sikap pria itu yang selalu saja membuatnya kesal.
Lucas hanya diam dan mengunci fokusnya pada wanita itu, ia menatap Ivory dengan tatapan yang sedikit sinis tapi Ivory justru membiarkan saja seakan tatapan Lucas bukankah sebuah masalah besar yang bisa menghancurkan hidupnya, ia tetap tenang setenang air. Pada akhirnya Lucas tak memiliki pilihan lain, selain memakan sarapan yang disiapkan oleh Ivory.
Awalnya pria itu menduga bahwa masakan Ivory akan sama hancurnya seperti sikap gadis itu, tapi nyatanya dugaan Lucas salah besar, karena ternyata masakan Ivory tak kalah lezat dari hotel bintang lima yang biasa ia kunjungi!
Mata Lucas membelalak tak percaya dengan rasa yang ada di lidahnya, ia begitu terkejut saat merasakan hasil masakan Ivory yang sangat pas di lidahnya. "Kenapa diam? Kau terkejut aku bis masak seenak ini?" tanya Ivory tanpa melihat ke arah Lucas, ucapan gadis itu tentu saja menunjuk pada Lucas tapi ia tak menatap Lucas sama sekali.
Lucas terdiam dan ia menolehkan kepalanya guna menatap wajah Ivory dengan lebih jelas, ada senyum tipis yang tergambar di sana tapi masih terlihat samar di bibir Ivory. "Kau menyindir ku?" tanya Lucas lebih kearah menuduh Ivory.
Ivory sontak mengangkat wajahnya menatap Lucas dengan alis yang saling menaut seakan menafsirkan ia kebingungan dengan yang diucapkan oleh Lucas kepadanya itu. "Oh kau merasa tersindir ya?" tanya Ivory dengan mengangkat kedua bahunya dan menampilkan wajah polos seakan ia adalah makhluk tak ada dosa di dunia ini.
"Oh kau berpura-pura bodoh?" tanya Lucas menohok, tapi Ivory justru mengedikkan bahunya tak perduli dengan ucapan Lucas dan kembali menyambung acara makannya yang sempat tertunda.
Suasana kembali hening, ditambah Arnold yang tampak sangat tertekan berada diantara Ivory dan juga Lucas. Sungguh! Jika ada satu kesempatan yang datang untuk mengeluarkannya dari suasana yang diciptakan oleh suami istri ini, pasti dengan cepat akan Arnold lakukan tanpa pikir panjang, ia akan mengambil kesempatan itu dan tak akan kembali di dalam suasana seperti ini. Sungguh! Sangat tak mengenakkan apalagi tatapan tajam Lucas nyatanya tak kunjung berhenti dilemparkan kepadanya. Arnold di ambang ketakutan, dimana ia harus memilih untuk menjadi teman baik Ivory atau justru menjadi musuh yang akan dipermainkan nasibnya oleh Lucas, yang notabennya adalah Tuan dan temannya itu.
"Aku sudah selesai," ucap Arnold membuat Ivory langsung menatap kepada asisten dari Lucas itu.
"Kau sudah selesai? Kenapa? Apa masakan ku tidak enak?" tanyanya dengan cepat, ia tak mengerti kenapa Arnold tak menghabiskan makanan yang sudah ia buat.
"Bukan seperti itu, Nyonya. Masakan mu sangat lezat dan sungguh ini pertama kalinya aku merasakan masakan seenak ini, hanya saja aku harus segera menunggu di depan dan menyiapkan agenda Tuan di kantor," terang Arnold dengan hati-hati agar tak menyakiti perasaan Ivory.
"Aku juga." Kini Ivory menolehkan kepalanya ke arah Lucas, ia mengangkat satu alisnya.
"Why?" tanya Lucas yang bingung menatap Ivory, bagaimana tidak ia tak bingung. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Lucas justru dihadiahi dengan tatapan tajam dari Ivory.
"Aku sudah kenyang," ucap Lucas menjelaskan alasannya mengakhiri acara sadapan hari ini.
Ivory yang selanya menatap Lucas dengan tatapan membunuh perlahan melembutkan tatapannya, dan ia segera berjalan ke arah Lucas yang posisinya sudah berdiri berniat memakai jas yang ia bawa dari walk on closet. Tapi tangan Lucas terhenti sebelum ia benar-benar selesai memakai jas yang ia bawa. "Biar aku membantumu," ucap Ivory dengan cepat dan mengalihkan posisi jas yang semula di pegang Lucas menjadi di tangannya.
Lucas terdiam dengan kebisuannya, ia tak bisa mengatakan apapun selain hanya diam dan meneliti tindakan dari Ivory ini. Gadis ini kadang bertindak sangat gila, kemudian ajaib dan dalam.sati waktu bertindak sangat manis. Lucas kira Ivory memiliki kepribadian ganda, hingga membuat kepribadian gadis itu berubah dengan waktu yang sangat cepat. "Lihat, sudah rapih. Sekarang kau bisa bekerja," ucap Ivory dengan bangga setelah melihat hasil kerjanya yang membantu Lucas memakai jas ke tubuh pria itu.
Lucas akhirnya bisa mengontrol kesadarannya dan ia menatap Ivory dengan tatapan yang sedikit aneh, pria itu mengangguk dan segera menepis tangan Ivory yang semula masih tersampir di dadanya setelah memakaikan Lucas jas. "Jaga batasan mu, Ivory. Kau hanya gadis yang mendadak menjadi istriku, kau tak perlu lakukan semua ini kepadaku," bisik Lucas tepat di telinga Ivory.
Tanpa pria itu sadari, ada sedikit rasa sakit yang perlahan menyusup di hari Ivory saat Lucas dengan sangat cepat menyimpulkan apa yang ia lakukan ini sebagai sebuah harapan, padahal selama Ivory hidup ini adalah pengetahuan yang ia ketahui sebagai salah satu tugas seorang istri. Apakah salah jika Ivory ingin menjadi istri yang baik untuk pria itu meski pernikahan mereka masih dibilang kelabu? Apa salah jika Ivory nyatanya ingin berdamai dengan Lucas? Tapi kenapa pria itu membuat dinding besar di antara keduanya? Apa sebegitu tak menariknya Ivory di mata Lucas hingga untuk menatap Ivory saja Lucas tak sudi? Padahal Ivory yakin dirinya tak begitu jelek, ia cantik dan tubuhnya bisa dibilang ideal, lalu kenapa pria itu tak menatapnya sama sekali. Padahal Ivory hanya mengharap ucapan terimakasih setelah ia membantu pria itu, bukannya sebuah bisikan yang menekankan kondisi keduanya yang sangat jauh.
Ivory segera memperjarak antara dirinya dan Lucas, ia menatap Lucas dengan tatapan datar dan dingin. Tapi entah mengapa, Lucas justru terpengaruh dengan tatapan yang Ivory lemparkan kepadanya kali ini. "Ya aku tau, pergilah." Ivory berkata dengan sangat dingin dengan diiringi nada getir di setiap kata yang ia keluarkan untuk Lucas.