Malam itu Zetta mengigau, seiring demam tinggi yang menyerang tubuhnya. Zetta merasakan sekujur badannya teramat lemah, bagai tak bertenaga sama sekali. Sampai-sampai, ia tak berdaya hanya untuk mengangkat lengannya sekalipun. Dia sampai berpikir bahwa raganya hanyalah onggokan daging saja. Seakan-akan, tulang-tulangnya telah dilolosi semua. Zetta hanya sanggup berbaring telentang, tanpa melakukan gerakan yang berarti. Matanya terpejam rapat, kelopak matanya sulit dibuka meski dia merasa telah berusaha keras untuk melakukannya. Dalam keadaan antara sadar dan tidak, Zetta seperti merasakan adanya gerakan di dalam tubuhnya. Gerakan itu datangnya amat mendadak, cepat dan kuat, menyentak dirinya. Bak sebuah lecutan keras, gerakan itu mengambil

