“Reino! Reino!” Bu Sabrina berseru memanggil Reino. Suaranya kian lama kian nyaring, karena tidak ada sahutan dari orang yang dipanggilnya. Di dalam kamar, Dewinta menepuk jidatnya, mendengar suara sang ibu. “Ya ampun Bu, hari Sabtu begini kok, cari kak Reino. Tanpa harus dua kali mikir juga sudah jelas, deh, di mana dia. Di rumah pacarnya, Bu, pasti bantu-bantu di sana, pas libur begini. Dewinta berangkat ya, Bu, sudah telat, nih, hampir ditinggal sama teman-teman di tempat kumpul,” sahut Dewinta yang keluar dari kamar sembari menarik tas punggungnya. “Ya, kamu hati-hati di jalan. Coba, kamu sempatkan mampir ke rumah itu. Bilang ke Kakakmu, disuruh Ibu untuk pulang sebentar. Kran wastafel macet soalnya,” k

