“Lebih banyak doanya saja, Mbak Azkia, supaya Mbak Zetta pulih total, dan kita semua, selalu dalam lindungan Allah,” Ajeng balas berbisik. “Ze, Zetta, kamu nggak kenapa-napa?” Bu Lestari mengguncang lengan Zetta perlahan. Kecemasan mewarnai wajahnya. Zetta mengangkat wajahnya yang semula dibenamkannya ke bantal. Dipandangnya Ibunya, Ajeng, serta Azkia bergantian. Kemudian, dia berusaha duduk di tepi pembaringan. Dalam hati, Zetta bersyukur, kepalanya sudah tak terlalu pening lagi. Pandangan matanya juga mulai terang, tak seburam sebelumnya. “Zetta baik-baik saja, Bu. Ibu sama Azkia duduk di sofa saja. Jeng, tarik kursi dekat meja kerja itu kemari, buat kamu duduk. Azkia, tolong tutup pintunya,” kata Zetta runut.

