CHAPTER ENAM PULUH SATU : Titik Terang? Sungguhkah? (2)

1891 Kata

                “Lebih banyak doanya saja, Mbak Azkia, supaya Mbak Zetta pulih total, dan kita semua, selalu dalam lindungan Allah,” Ajeng balas berbisik.                 “Ze, Zetta, kamu nggak kenapa-napa?” Bu Lestari mengguncang lengan Zetta perlahan. Kecemasan mewarnai wajahnya.                 Zetta mengangkat wajahnya yang semula dibenamkannya ke bantal. Dipandangnya Ibunya, Ajeng, serta Azkia bergantian. Kemudian, dia berusaha duduk di tepi pembaringan. Dalam hati, Zetta bersyukur, kepalanya sudah tak terlalu pening lagi. Pandangan matanya juga mulai terang, tak seburam sebelumnya.                 “Zetta baik-baik saja, Bu. Ibu sama Azkia duduk di sofa saja. Jeng, tarik kursi dekat meja kerja itu kemari, buat kamu duduk. Azkia, tolong tutup pintunya,” kata Zetta runut.          

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN