"Eh Putri!" Suho yang baru datang ke kelas itu langsung dikejutkan dengan kehadiran gadis tinggi itu.
Putri tersenyum lebar di tempatnya, "Kak Suho? Kok tumben dateng sepagi ini," balas Putri sambil meletakkan kotak bekal ke kolong meja Elang, "Mas Elang mana?"
Suho berjalan mendekat sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. "Iya nih, gue mau nyalin PR. Elang ama Bobi tadi langsung ke ruang OSIS, biasalah orang penting." Jawabnya santai sambil melangkah ke bangkunya. "Napa lo pagi-pagi dah disini? Ngasih makan tuh burung Elang?"
"Ih Kakak mah masa Mas Elang ganteng-ganteng disebut burung!" Bantah Putri kemudian mengangguk santai, "iya dong Kak! Setiap hari Mas Elang harus makan makanan sehat, pasti jadi Ketos itu sibuk, jadi aku harus siaga buatnya." Jelas Putri yang seolah dirinya pacar Elang saja. Padahal dianggap saja tidak pernah.
Suho menggeleng prihatin, kalau Putri tau Elang selalu membuang pemberianya ke tong sampah, apa gadis itu tak akan sedih?
"Yaudah ya Kak, aku pergi dulu!" Pamit Putri yang hanya diangguki Suho. Pemuda berkulit putih khas bule itu lalu mulai membuka buku Bobi dan menyalin PR-nya. Selain Elang yang selalu menjadi peringkat 1, nyatanya Bobi juga tidak kalah. Pemuda kutu buku itu memang tidak sejenius Elang, tapi kepintaranya jelas diatas rata-rata. Jika dibanding kedua temanya, Suho memang yang paling g****k, nakal, dan pemalas.
Untung .... wajahnya ganteng. Jadi gak malu-maluin kalo sejajar dengan Elang dan Bobi.
Beberapa menit berlalu sampai satu persatu anak mulai masuk ke kelasnya, Suho menutup bukunya cepat setelah selesai menyalin PR Bobi, kalau sampai ketahuan sama Elang bisa berabe ntar urusanya.
Elang yang baru duduk di bangkunya itu sudah hafal, pasti bekal dan s**u itu akan tersedia disana. Bibirnya menyeringai kecil sampai tanganya terulur mengambil bekal itu. Elang mengamati kotak bekal itu sekilas lalu mulai berdiri, berjalan ke tempat biasa dia membuang makanan ini dan nantinya akan menyisakan kotak kosongnya di tempat awal.
"Lang!" Elang yang hendak keluar kelas itu terpaksa berhenti, panggilan dari Suho membuatnya mau tidak mau menghadap kearahnya. "Buat gue aja." Lalu Suho merebut bekal ditangan Elang itu santai.
Elang mengangkat sebelah alisnya tinggi, "tumben?"
Suho berjalan kebangkunya lalu menaruh kotak bekal beserta s**u itu di kolong mejanya, "kasian gue sama yang rela-relain masak tapi hasilnya malah dibuang sia-sia ke tong sampah." Balas Suho santai sambil membuka bungkus permen karetnya. Bobi yang berada diantara keduanya cuma menjadi penonton.
Elang mengernyit.
"Serah." Lalu kembali ke bangkunya dan membaca rumus modulnya, sebentar lagi dirinya akan diikutsertakan dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) jadi dirinya akan berusaha keras untuk memenangkan lomba dengan hadiah bonus jika juara pertama adalah uang tunai 5 juta. Elang akan menggunakan uang itu untuk membayar biaya sekolah Jeni, karna otak Adiknya yang tidak encer-encer amat maka Jeni harus bersekolah tanpa beasiswa.
Setidaknya sebagai anak lelaki satu-satunya, dia harus membantu meringankan beban Kakak perempuannya.
"Lo kenapa sih anti banget sama Putri?" Entah angin darimana, tapi Bobi tiba-tiba ingin menanyakannya.
Elang nampak tak bergeming, matanya masih fokus meneliti satu demi satu tulisan di bukunya itu, "gadis itu ngerepotin." Jawabnya cuek.
"Tapi dia baik banget loh Lang sama elo, udah tergila-gila sama lo." Timpal Suho ikut nimbrung.
Elang kali ini menurunkan buku bacaanya, mungkin karna merasa fokusnya terganggu. "Cewek itu emang udah gila." Suho dan Bobi kompak melongo mendengar ucapan pedas Elang.
"Iya juga sih," gumam Bobi mengingat kelakuan edan Adik kelasnya itu, "tapi setidaknya lo kasih dia kesempatan sekali aja lah Lang, soalnya cewek kayak Putri tuh langka. Bakal nyesel lo ntar kalo Putri udah gak ada." Saran Bobi mendapat anggukan Suho.
Elang meluruskan pandangannya, mata tajamnya itu nampak berkedip beberapa kali, "cewek yang lebih waras banyak, ngapain gue kasih kesempatan sama cewek gila." Ujarnya dengan sangat-sangat tidak berperasaan.
Suho menggeleng tak habis pikir, "Putri itu gilanya cuma sama elo Lang, sadar gak sih lo. Dia itu cantik, baik, ramah lagi. Kemaren gue lihat ada anak kelas Xl yang nembak dia tapi langsung dia tolak mentah-mentah, alasanya pasti lo tau kan. Dia cinta sama lo." Terang Suho jujur, kemarin saat hendak ke parkiran dirinya melihat Putri yang dengan lantang menolak Kakak kelasnya itu demi Elang.
Demi Elang yang bahkan gak pernah natap dia barang sekali saja!
Elang menggedik asal, "bukan urusan gue."
"Nyesel lo ntar, gue sumpahin!"
"Gak mungkin."
"Lo tau gak hukum karma? Lah itu yang bakal lo rasain ntar."
Elang menoleh sinis, "kalo gak penting mending kalian diem aja deh, gue mau belajar!" Ketusnya yang langsung membuat kedua temanya itu diam serentak. Sesaat sebelum Suho kembali angkat suara.
"Andai Putri suka sama gue, pasti udah gue sayangin sepenuh hati." Dan Elang cuma diam tak merespon, dia tak peduli pada gadis gak waras itu.
****
"Ayo ke bioskop, gue bayarin deh!" Seru Putri antusias sambil merapikan tasnya.
"Kaga bisa Put, gue ada janji sama pacar." Sahut Vino menolak. Putri menoleh mencemooh. "Pacar lo yang keberapa? Pacar lo kan ada 5." Balasnya mencibir.
Vino mencebik najis, "ngawur lo ah kalo ngomong!" Bantahnya cepat, "pacar gue tuh ada tujuh! Bukan lima." Jelasnya sambil mengangkat jari sejumlah tujuh.
PLAK!
"Sinting lo, ya!!" Jeni menampol kepala Vino menggunakan tasnya membuat Vino langsung mengaduh lebay, "lo mau jadi apa ha punya pacar sebanyak itu?!!" Sinisnya mendelik kearah Vino.
Dengan masih mengelus kepalanya, Vino lalu menjawab pertanyaan Jeni tersebut, "lo emang gak tau gue mau jadi apa?" Vino malah balik bertanya membuat dua gadis didepanya itu mengernyih bingung, "gue tuh mau jadi pengoleksi mantan terbanyak."
"b*****t g****k!"
"SINTING BABI LO!"
Dan Vino langsung terbahak-bahak di tempatnya, pemuda jangkung itu lalu mulai mencantolkan ransel hijau army nya ke lengan kananya. "HAHAHA yaudah gue duluan yha, dadah makhluk-makhluk jones!!" Kemudian berlari sebelum mendapat semprotan dari dua gadis didepanya itu.
Jeni dan Putri kompak mendecih sinis, kenapa juga mereka bisa punya temen gak normal macamnya.
"Jen gimana? Mau gak lo?" Putri kali ini mengalihkan pandanganya kepada Jeni.
Jeni menampilkan raut sedih, "gak bisa gue Put, kemaren pas kita hang out Mas Elang marah besar ke gue. Soalnya harusnya gue jagain ibu gue, bukan malah kelayapan." Jelas gadis itu dengan nada pelan.
Putri tersenyum samar.
"Gak pa-pa lah Jen, sans aja. Lagian yang dibilang Mas Elang bener banget, yaudah mulai sekarang kalo kita mau jalan kita harus minta izin Mas Elang dulu." Papar Putri dengan sangat pengertianya membuat Jeni mengangguk lega di tempatnya. Ada sisi lain Putri yang hanya dia dan Vino ketahui, kalau Putri itu tidak segila, sebar-bar, dan sejahat kelihatanya.
Nyatanya hati gadis ini sangat lembut.
"Yaudah ayo!" Jeni berkedip bingung di tempatnya. "Ck! Kan elo mau pulang, gue ikut ya. Sekalian mau cari muka di depan Camer, hehe." Dan Jeni selanjutnya langsung mendengus kasar.
Ingatkan dia kalau Putri ini emang Ratu modus!
***
"Assalamu'alaikum!!" Putri dan Jeni masuk rumah dengan mengucapkan salam secara bersamaan.
Citra yang sedang fokus membaca itu mendongak cepat lalu tersenyum lebar, "waalaikum'salam." Sahutnya menjawab salam. Selanjutnya Putri dan Jeni menyalimi tangan perempuan paruh baya itu bergantian.
"Loh ada Nak Putri, tumben kesini?" Tanya Citra yang baru sadar kehadiran Putri.
"Hehe mau main kesini Bu, lagian kan Putri udah lama gak kesini." Citra mengangguk paham.
"Kalian ganti baju trus makan ya, Jen kamu pinjemin Putri baju ya." Jeni mengangguk patuh lalu mulai menyeret tangan Putri ke dalam kamarnya.
Tidak lama setelahnya seorang pemuda berperawakan tinggi masuk ke dalam rumah. "Assalamu'alaikum." Salamnya lalu mulai menyalimi tangan Citra.
"Waalaikum'salam." Balasnya kalem, Citra tersenyum samar lalu langsung menyuruh Elang makan juga. "Abang ganti baju trus makan ya, tadi udah ibu masakin." Elang mengangguk patuh lalu mulai berdiri dan masuk ke kamarnya.
Jeni dan Putri yang baru ganti baju itu saling jotos-jotosan seraya berjalan ke meja makan. Entah apa penyebabnya, mereka berdua kan emang seabsurd itu.
"Ah capek gue tawur ama macam betina macam lo, bentar gue mau jemput ibu gue dulu." Kata Jeni sambil berdiri dari kursi makanya dan berjalan menuju ruang tamu. Ibu Jeni itu lumpuh, jadi kemana-mana harus menggunakan kursi roda.
Ceklek.
Putri menatap pintu di dekat dapur itu saat mendengar bunyi gesekan. Elang yang menggunakan kaos hitam dengan celana santai selutut itu langsung membuat Putri membuka matanya dua kali lipat.
Kalo lagi pake baju santai begini, aura kegantengan Elang makin menguar.
UWAW...
Elang lumayan kaget saat melihat Putri yang sudah duduk anteng sambil bertopang dagu kearahnya itu. Disekolah ketemu dia, dirumah pun masih juga ketemu.
Ini bocah wujudnya ada dimana-mana!
Tepat setelah Elang duduk di kursi, Jeni datang sambil mendorong kursi roda ibunya. Mereka berempat lalu mulai melingkar di meja makan.
"Nak Putri maaf yha, lauknya seadanya." Ucap Citra kurang enak hati, dia tau kalau Putri berasal dari kalangan berada dan pasti tidak terbiasa memakan makanan rumahan biasa seperti ini.
Putri menggeleng cepat, "kenapa pake minta maaf Bu, harusnya Putri yang bertima kasih karna ibu sudah mau nerima Putri." Gadis itu lalu tersenyum miris di tempatnya, "bahkan Putri lebih suka makanan rumahan seperti ini ketimbang makanan buatan chef. Rasanya kayak dimasakin ibu Putri sendiri." Semuanya diam, tak lagi mengungkit perihal yang jelas bukan urusan mereka itu.
"Ekhem! Y-yaudah ayo makan aja!" Sahut Jeni untuk memecah suasana.
Elang menatap gadis di depanya itu sejenak lalu mulai memakan makananya. Kenapa juga dirinya malah memikirkan keadaan gadis itu, tidak ada gunanya.
"Nak Putri ini sudah punya pacar belum? Pasti sudah ya, soalnya kan cantik banget." Ujar Citra sekedar membuka percakapan agar suasanya tidak terlalu awkward.
Putri meminum air putihnya lalu menatap Citra sepenuhnya, "hm ... iya, sudah kok Bu. Tapi baru calon, hehe." Balas Putri sontak membuat semuanya kaget. Jeni bahkan sampai menyenggol lengan Putri karna bisa-bisanya dia berbicara seperti itu didepan Elang. Bukanya Putri tergila-gila sama Abangnya itu?
Elang mencuri pandang kearah Putri, dia tidak berniat menguping. Tapi dia cuma penasaran saja.
"Oh ya? Wah .... pasti calon pacar Nak Putri itu ganteng banget." Citra tersenyum lebar sambil menatap teduh Putri.
Putri meringis kikuk, "hehe iya Bu, ganteng banget." Jawab Putri sok malu-malu kucing.
"Siapa namanya? Siapa tau ibu kenal."
"Ibu kan emang kenal."
"Oh ya?!" Citra nampak sangat antusias. "Siapa??"
Semuanya hening dengan rasa penasaran yang membumbung sampai Putri kembali berucap.
"Orangnya kan lagi duduk didepan Putri sekarang." Lalu Putri mengalihkan pandanganya kearah Elang yang ternyata juga sedang menatapnya. Dan selanjutnya langsung terjadi adegan tersedak massal.
*****
TBC.