05: Drama Sinetron

1275 Kata
Putri yang sejak tadi bergulung-gulung dengan selimut tebalnya itu nampak beberapa kali menggelinding ke kanan dan ke kiri saat tubuh hiperaktifnya tidak mau diajak diam. Untung ukuran kasurnya lebar, jadi setidaknya dia tidak akan menghantam ubin lantai. Merasa bosan, gadis itu lalu bangkit. Diraihnya HP berlogo apple separuh itu kemudian dia ketuk-ketukkan jarinya diatas layarnya. "Hm, enaknya ngapain ya?" Gumam Putri karna sangat boring. Hari minggu merupakan hari paling membosankan untuknya. Soalnya gak bisa ngelihat Mas Elangnya. "Ah .... gue beli tas yang kemaren aja, deh." Tangan Putri lalu mulai mendial nomor seseorang, dan tubuhnya dia baringkan kembali ke kasurnya. "WOY BABU CEPET JEMPUT GUE!!" "Anying lo! Kaget gue sat!" "Trus lo pikir gue peduli gitu? KAGAK!" "Ck! Ngapain sih lo pagi-pagi dah recokin gue. Pacar-pacar gue aja kagak berani ganggu gue!" "Lah ... itu kan pacar lo! Kalo gue mah bebas, gue kan majikan lo." "BANG--" TUT! "HAHAHA!!! Enak juga ternyata punya babu!" Seenak udelnya Putri mengatai Vino yang diseberang sana sedang misuh-misuh. "Ah gue dandan dulu deh, princess Putri harus CLING-CLING pokoknya!!" Dan selanjutnya gadis berponi rata itu sudah asik poles sana poles sini di wajahnya. *** "Lama banget sih lo!!" Hardik Putri sambil menunjuk-nunjuk wajah lecek Vino. Vino mengumpat tertahan. Pas Putri menelponnya tadi, dia langsung berganti pakaian dan menggosok giginya saja. Bahkan belum sempat mandi. DAN PUTRI MASIH MARAH-MARAH?!! "SETAN!" Balas Vino sudah sangat kesal membuat Putri mencebik kecil. Gadis itu lalu membuka pintu sebelah kemudi dan duduk dengan nyaman. Mobil ferrari merah marun itupun melaju keluar gerbang mansion Putri. "Mau kemana?" Tanya Vino sambil sesekali menguap lebar. "Iyuuh .... kalo nguap jangan mangap-mangap dong!" Putri memandang jijik Vino, "pergi ke mall." Jelasnya setelah melihat wajah kesal Vino. Vino mendesah pelan sambil mengemudikan mobilnya itu, kalo Putri bukan temenya pasti udah dia depak ke kolong jembatan! Mobil mereka berhenti di parkiran mall yang tampak ramai itu, Putri mengeratkan jaket bulunya lalu memakai kacamata hitamnya sebelum keluar dari mobil. Vino yang hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans hitam itu menggeleng tak habis pikir. Dandanan Putri udah ngalahin bintang hollywood yang lagi liburan. "Put, ini jaket lo gak bisa dilepas apa. Semua orang pada ngelihatin tuh!" Kata Vino sambil membungkuk ke arah Putri. Masalahnya jaket Putri itu warnanya pink udah gitu ada bulu dan bling-blingnya. Plis deh.. Putri menurunkan kacamatanya sampai hidung lalu mendelik kearah Vino, "apa lo bilang? Lepas? Gak bakalan!!" Semburnya lalu mulai melangkah congkak bak nyonya-nyonya sosialita. "Punya temen gini amat Ya Tuhan!" Frustasi Vino sambil mengikuti langkah Putri. Mereka berdua sontak langsung menjadi pusat perhatian disana. Masalahnya selain dandanan Putri yang tampak uwaw itu, paras tampan Vino dan cantik Putri cukup membuat banyak khalayak menganga takjub. Putri lalu masuk ke toko branded yang ada disana. Senyumnya langsung mengembang sempurna saat melihat barang-barang limited edition yang terpajang cantik disana. Dengan gaya berlari-lari centil, Putri kemudian mulai memilah-milah tas yang ingin dibelinya. Beberapa karyawan disana sudah bisa menebak kalau Putri pasti berasal dari kalangan kaya, secara ... fashionya sangat elegan dan mencolok untuk remaja seusianya. Vino hanya duduk di sofa sambil bermain game cacing yang lagi ngetren itu. Karna pasti Putri belanjanya bakal lama, lama ... banget!!! Jarum jam terus bergerak sampai Putri dengan wajah riangnya mendekat kearahnya. "Ayo Vin ke kasir!" Vino hanya menurut begitu saja saat tanganya diseret-seret oleh gadis tinggi itu. Pegawai kasir dengan hati-hati membungkus tas branded itu, takut-takut jika menggores benda dengan harga tak umum itu. Masalahnya gaji mereka setahun saja belum tentu bisa untuk membeli tas itu. "Vin, bayarin dong!" Perintah Putri dengan entengnya membuat Vino mendelik horor. "Enak aja lo! Pacar gue aja kagak pernah gue beliin barang yang harganya edan itu!" Vino langsung nyolot membuat Putri terkekeh pelan. "Ck! Dasar melarat!" Cibirnya lalu mulai mengeluarkan Black Card nya dari dompet kulit bergambar menara eiffel itu. Vino tidak takjub atau terperangah sedikitpun, karna aslinya Vino itu juga berasal dari kalangan berada. Meskipun tak sekaya Putri namun keluarganya cukup berpengaruh di kota ini, cuman masalahnya ... Vino tidak diberi kebebasan oleh orang tuanya untuk menghambur-hamburkan uangnya seenak jidat kayak Putri. Jadi yah gitu ... Vino orang kaya rasa melarat! "Cuss!" Titah Putri bak majikan yang sedang mengomando bawahanya setelah tasnya sudah dia dapatkan. Vino menggerakkan tanganya seperti hendak mencakar-cakar wajah Putri. Untung dirinya sabar... "Mau kemana lagi?" Tanya Vino sudah mulai bosan. Putri melebarkan matanya saat melihat restaurant jepang didepanya itu. "Kesa--" "VINO?!" Vino dan Putri reflek menoleh kaget. Seorang gadis ber dress selutut dengan motif bunga-bunga itu berjalan mendekat kearah mereka. "Stella?" Vino mengerjap kaget, kenapa pacar nomor 3 nya ini bisa ada disini? "I-ini ... siapa?" Mata Stella nampak berkaca-kaca saat melihat tanganya Putri yang merangkul lengan Vino itu. Tadinya sih niat Putri mau narik Vino buat ke restaurant itu, tapi ... kejadianya malah kayak gini. "Oh, kenalin ini Putri." Entah memang sengaja atau tidak tapi Vino tampak biasa saja. Tak merasa bingung atau resah sedikitpun karna tercyduk seperti ini. Yah ... namanya juga crocodille! "Putri? Pa..car kamu?" Tanya Stella nampak tak percaya. Vino dan Putri reflek saling pandang satu sama lain sampai akhirnya Vino mengangguk, santai banget. "Pacar kamu? Kamu selingkuh?!!!" Todong Stella sudah histeris yang sontak mengundang beberapa orang berkerumun di sekeliling mereka. Putri menguap sekali. Drama sekalee.. "Udah tau pake nanyak lagi, g****k lu!" Ucapan menohok Putri sontak membuat Stella menangis semakin histeris, gadis berwajah baby face itu lalu mulai berlari menembus kerumunan. Namun tiba-tiba arah pandang Putri bertemu dengan mata seseorang yang sangat familiar itu. MAS ELANG!! Tanpa aba-aba Putri lalu berlari mengejar Mas Elangnya yang sudah pergi menjauh dari sana. Kerumunan orang disekitar mereka langsung bubar seketika saat semua pemeranya pergi sendiri-sendiri. Vino menggaruk rambutnya yang gatal itu sambil mengucek matanya yang terasa mengantuk. "Kenapa semuanya jadi pergi dah!" Gumamnya lalu mulai melangkah menuju mobilnya. Lebih baik dia nerusin acara tidurnya saja! *** "Mas Elang!!" Pekik Putri membuat beberapa orang yang dilaluinya menoleh kearahnya. Putri langsung menarik tangan pemuda jangkung itu membuatnya tertarik dan menoleh kebelakang. Dalam sekali hentakan, tangan Putri langsung terlepas dari genggaman tangan Elang. "Mas Elang kok bisa disini?" Putri tersenyum-senyum salting di tempatnya. Elang ngangkat satu alinya tinggi-tinggi lalu menipiskan bibirnya. "Ini tempat umum." Putri merengut mendengarnya, jawabanya sangat melenceng dari pertanyaanya. "Ehm ... maksud aku, tumben Mas Elang pergi ke mall. Mas lagi beli sesuatu, ya?" Senyum Pepsodent di bibir Putri masih tersungging, ditambah matanya yang menampakkan binar bahagianya. Dan jangan lupakan tanganya yang sok-sokan nyelipin rambut kebelakang telinga. Kalo ada Jeni pasti langsung GUMOH! Elang mengalihkan pandangan, "bukan urusan kamu." Putri mencebik kecil mendengarnya. "Mas tadi lihat aku sama Vino ya disana?" Elang menatap manik Hazel Putri lurus, wajahnya cuma menampilkan ekspresi datar membuat Putri tidak memahami jalan pikiran patung berjalan itu. "Mas jangan salah paham ya sama aku, tadi itu cuma settingan doang. Cinta aku masih utuh buat Mas, 100 persen!" Dengan begitu lantang, jujur, dan tak tau malu. Putri langsung bercuap-cuap semangat. Elang berdehem pelan, lalu kembali melangkah pergi. Putri hanya bisa memanyun tapi tetap mengikuti langkah lebar Elang. Tampak tak masalah meskipun Elang tak menganggapnya ada. Namun, mata Putri langsung mendelik-delik saat melihat banyak perempuan yang mencuri-curi pandang kearah Elang. Musnah aja kalian cabe-cabean!! Putri dengan semangat langsung mengamit tangan Elang sambil menyenderkan kepalanya di lengan  Elang. Pemuda itu nampak menegang namun langsung rileks setelahnya. "Lepas!" "Gak mauuu." "Lep-as!" Kali ini Elang menunduk menatap dingin wajah Putri. Gadis itu malah berkedip-kedip lucu sambil mengeratkan pelukan di lengan kekar Elang itu. "Mas ganteng banget kalo lagi deket gini." Putri malah sudah mabok sendiri, meracau tidak jelas dengan lengkungan bibir yang semakin lebar. Elang mendesah panjang. "Cewek sinting!" Gumamnya lalu melanjutkan langkahnya. Namun ada hal yang membuat Putri sangat bahagia. Kalau Mas Elang tidak menyuruhnya melepaskan tangannya lagi. **** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN