"Saya, benci kamu". Rafa melonggarkan pelukannya, ditatapnya wajah cantik itu. "Hey, Dengarkan saya!" Ucap Rafa suaranya mengeras, menahan amarah. Arin terdiam, sepertinya ia harus mendengarkan Rafa. Arin menatap wajah tampan Rafa, wajah itu tidak berubah, masih tampan sejak pertama kali bertemu. Arin menelan ludah, Rafa menatapnya intens. Rafa terlihat menahan emosi, sudah cukup vas bunga itu menjadi sasaran kemarahannya. "Dengarkan saya! kamu tidak benar-benar membenci saya. Kamu justru sangat mencintai saya. Seharusnya kamu tidak perlu menahannya seperti ini". "Jika kamu menahannya, justru kamu sakit. Jika kamu tidak mencintai saya, kamu tidak mungkin tidur sama saya". Wajah Arin memanas, ia ingin menangis. Ya Rafa benar, sudah dua minggu ia masih belum bisa melupakan Rafa begitu