Ara merasa dirinya tidak bisa terus terusan seperti ini. Usia kandungannya sudah masuk trimester pertama, ia pikir ia harus menyampaikan rencana yang sudah ia pikirkan matang matang mengenai pembatalan surat kontrak. Ara tidak mau terus terusan merasa tertekan tinggal dengan Raka. Ia juga harus memikirkan janinnya. Ara tahu ia dan Raka sama sama terluka. Mereka berdua tidak bisa tinggal satu atap dan bersikap seolah semua baik baik saja. Nyatanya semuanya berantakan. Ara bosan selalu di rumah, jarang sekali Raka memberinya izin untuk keluar jika tidak terlalu penting menurut Raka. Bahkan untuk ke salon menemui Jena saja Raka melarang. Ara harus ada di rumah tanpa boleh keluar, ia dikurung. Malam itu entah kenapa Raka pulang lebih awal. Namun setelah makan malam bersama, Raka tidak lang