Sarapan pagi kali ini bukan lagi saling diam karena malas berbicara satu sama lain, melainkan karena canggung dan tidak tahu harus mengatakan apa. Ara sudah pindah di kamar Raka. Seperti syarat yang sudah diajukan Diah mama Raka, kini Ara dan Raka sudah tidur satu ranjang. Pagi itu juga Ara lebih sering menunduk dan fokus pada makanannya. Berbeda dengan Raka yang sesekali melirik ke arah Ara. “Kalian kenapa? Ada yang mau diomongin?” tanya Diah yang melihat putra dan menantunya yang tidak seperti biasanya. Keduanya terlihat canggung, ya meski Raka berusaha menyembunyikan perasaan itu. “Ada yang mau Raka omongin, Ma.” Raka meletakkan sendok dan garpu yang tengah dipegangnya kemudian menatap lurus mamanya. “Apa itu?” “Mulai detik ini, Ara satu kamar lagi sama Raka.” Diah terbatuk, ap