Di tempat kerja, Raka sungguh tidak bisa fokus. Pagi itu ia ada meeting bersama bawahannya. Pria itu membiarkan bawahannya mengoceh di depan seraya membahas rencana bisnis baru. Namun Raka malah sibuk memperhatikan jarinya yang diplaster. Lebih tepatnya Raka memikirkan Ara, perempuan yang mengobati jarinya. Raka berkali kali menghembuskan napas beratnya. Ia semakin tidak tenang. Wajah Ara terlihat putus asa, sedih, marah, namun wanita itu masih bisa berbicara tanpa nada tinggi terhadap Raka, ia masih sabar menghadapi Raka meski Raka sudah berbuat jahat terhadapnya. Semuanya selalu Raka lemparkan kepada Ara. Yang mengusiknya selalu menjadi senjatanya untuk menyerang Ara. Seolah apa pun yang terjadi di hidup Raka semua salah Ara. Raka menyalahkannya, Raka menuduh, membentak, dan selalu men