Part 22

1699 Kata

Amir dam Maharani telah sampai di apartemen mereka. Keduanya kini duduk berjauhan di sofa ruang tamu. Hening. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Jejak-jejak tangisan terlihat jelas di mata Maharani. Sembab dan memerah, ditambah dengan make-up yang luntur terkena lelehan hangat, membuat penampilannya kacau. Amir menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Pria itu sama sekali tak menyangka makan siangnya dengan Jelita akan berujung seperti ini. Semuanya terjadi begitu cepat. Saat itu, ia dan Jelita telah selesai menyantap makan siang. Setelah membereskan wadah makanannya, Jelita pamit pulang. Tetapi entah bagaimana ceritanya, tubuh Jelita tiba-tiba oleng. Amir yang berada di dekatnya berusaha menangkapnya agar tubuh sahabatnya itu tidak tejerembab di lantai. Selain men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN