..**..
Daerah ini telah redup sejak ratusan tahun lalu. Meskipun begitu, injakan manusia di area ini sekitar 2 tahun lalu adalah injakan terakhir setelah Pemerintah resmi menutup dan memberikan surat illegal bagi siapa saja yang mengunjungi area Amazzon ini.
Yah, Sungai Amazzon mengandung banyak makhluk hidup. Tidak hanya makhluk hidup bertubuh besar tetapi juga bertubuh kecil hingga tak bisa dilihat dengan mata telanjangg.
Keanekaragaman makhluk hidup yang berhabitat di Sungai Amazzon tidak perlu dipertanyakan lagi. Tidak hanya makhluk hidup multiseluler tetapi juga makhluk hidup uniseluler.
Sementara apa yang terjadi setelah beberapa saat helikopter itu terjatuh di perairan ganas ini, sesuatu yang tidak berwarna membuat reaksi yang mengejutkan. Reaksi yang terjadi karena retakan botol bening yang berisi penawar Zingi curas.
Zingiberales Curcuma Aspirin, cairan yang telah diserap oleh air. Cairan itu mulai menunjukkan reaksi kimia tersembunyi dibalik air sungai yang tenang. Bahan aktif khusus yang bercampur dengan Aspirin atau Asam asetilsalisilat yang terkandung di dalam cairan Zingiberales Curcuma Aspirin atau Zingi curas mulai tersebar di area sungai hingga menimbulkan kontaminasi yang cukup dahsyat.
Berbagai konsentrasi atau kandungan yang ada di dalam air Sungai Amazzon menjadi katalisator terbaik mempercepat reaksi kimia Zingi curas. Akibatnya, reaksi tersebut justru menambah konsentrasi atau kandungan yang telah ada menjadi sesuatu yang berbeda di dalam air hingga merambat sampai ke seluruh titik Sungai Amazzon, bahkan melawan arus aliran sungai.
Suhu air Sungai Amazzon juga turut mempengaruhi percepatan proses laju reaksi. Siapa sangka, jika laju reaksi yang berlangsung dengan kecepatan 64 kali lebih cepat dari 12 Molar per detik, ternyata membawa pengaruh dahsyat hingga mampu menyebarkan cairan Zingi curas ke segala aliran sungai yang dibawa oleh Sungai Amazzon.
Terutama Spirostomum ambiguum, makhluk bersel satu atau protozoa yang banyak ditemukan di danau atau rawa-rawa. Mereka juga banyak terdapat di area Sungai Amazzon atau danau dan rawa-rawa yang menyelip di area Hutan Hujan Amazzon.
Kecepatan organisme tunggal itu bahkan mengalahkan Cheetah dan burung Elang. Serta sudah dinobatkan sebagai makhluk tercepat di bumi.
Kemampuan lari Spirostomum ambiguum membawa efek besar atas tumpahan Zingi curas di perairan Amazzon. Ketika hendak bergerak, protozoa ini akan memendekkan tubuh menjadi hingga 60 persen lalu membentuk bola.
Kemudian, mereka berlari sangat cepat seperti kilat. Melalui mereka, Zingiberales Curcuma Aspirin dengan mudah menyebar ke segala arah.
Zingi curas yang sudah menyatu di dalam air hingga masuk ke dasar air terdalam, kini mulai menyebar luas mengikuti aliran Sungai Amazzon dengan debit 220.000 meter kubik per detik. Hal ini dipastikan jika air sudah terkontaminasi hingga titik terdalam Sungai Amazzon.
Namun, reaksi kimia dari Zingi curas tidak merusak biota air. Bahkan hewan buas yang terdapat di dalam Sungai Amazzon sama sekali tidak terkena dampak yang berarti.
Itu karena kandungan aktif Zingi curas yang merupakan perpaduan antara Curcuma longa atau kunyit dengan Aspirin, juga bermanfaat sebagai obat. Hingga tidak mempengaruhi hewan yang terbiasa dengan suhu kedalaman air tidak lebih dari 100 meter.
Hanya saja, mereka merasa aneh jika air sedikit keruh dan suhunya berubah drastis. Tidak hangat seperti biasanya.
Penyebaran cairan Zingi curas semakin luas, bahkan kecepatan penyebarannya sampai ke titik terdalam Sungai Amazzon. Hingga kedalaman maksimal 100 meter, Zingi curas masih mengikuti arus air mengalir.
Kecepatan laju air yang tercemar oleh Zingi curas dari Sungai Amazzon membawanya melewati berbagai Negara. Yah, dengan jarak 4800 mil, Sungai Amazzon mengalir dari dataran tinggi Peru lalu melintasi beberapa Negara yakni Ekuador, Kolombia, dan Venezuela. Hingga akhirnya lintasan air melewati Brasil.
Kemudian, melalui pantai Atlantik, aliran Sungai Amazzon keluar menuju Samudra Atlantik di khatulistiwa. Tentu saja seluruh air telah tercemar.
Bukan tercemar sesuatu yang buruk, tetapi tercemar oleh cairan yang tidak biasa tanpa menghancurkan ekosistem di bawah permukaan air. Mungkin ini tidak dikatakan sebagai pencemaran, melainkan perubahan suhu tidak seperti biasanya.
Tidak hanya mempengaruhi ekosistem Samudra Atlantik, tetapi Zingi curas turut mempengaruhi ekosistem Samudra yang lain melalui sumber paling jauh dari Sungai Amazzon.
Sumber yang paling jauh ditemukan di dataran tinggi inter-Andes yang berada di sepanjang pantai barat Amerika Selatan. Jarak yang cukup dekat dengan Samudra Pasifik.
Dan yah, Zingi curas juga sampai di Samudra Pasifik hingga mempengaruhi ekosistem kawasan kumpulan air terbesar di dunia. Samudra Pasifik merupakan lautan teduh, dimana Samudra ini menyimpan titik terendah permukaan bumi yaitu Palung Mariana.
Palung Mariana merupakan palung yang paling dalam, yang terletak di dasar laut dengan kedalaman mencapai 10.927 meter sampai dengan 11.035 meter di bawah permukaan laut. Palung ini menyimpan sejuta rahasia tanpa diketahui secara pasti oleh manusia abad 22.
Yah, manusia mungkin mampu menciptakan alat khusus untuk menjamah palung ini hingga mengetahui titik terendah bumi dan berbagai hewan aneh lain yang bisa terjamah. Namun, tidak untuk rahasia yang sengaja disimpan rapat oleh alam semesta.
Dan bahkan hingga di tahun 2199 ini, dimana bumi telah rusak. Tidak hanya ekosistem laut saja, tetapi ekosistem darat juga telah hancur.
Alam semakin ketat menjaga rahasia mereka. Rahasia alam yang selama ini telah dianggap punah. Sejuta rahasia alam yang tidak akan pernah bisa terjamah oleh manusia lagi. Terkhususnya, disimpan rapat dari para manusia biadabb.
Tidak akan ada yang bisa mempercayai hal ini. Tetapi inilah yang disimpan rapat oleh alam semesta hingga detik ini.
Jika saja ada manusia yang mengetahuinya secara tidak sengaja melalui alat canggih mereka. Maka, sekelompok manusia itu adalah orang yang paling beruntung dan bisa menutup mulut hingga bisa terpilih dan diseleksi langsung oleh alam untuk melihat makhluk besar yang masih hidup, meski seharusnya mereka sudah punah.
Hanya satu spesies diantara makhluk hidup zaman purbakala yang sampai saat ini, di tahun 2199 ini, ternyata masih hidup. Alam sangat merahasiakan keberadaan mereka dari tangan para manusia serakah dan biadabb.
Alam masih menjaga mereka yang tetap hidup. Satu spesies yang hidup sekitar 60 juta tahun lalu pada periode Paleosen. Spesies ini merupakan spesies terakhir yang masih hidup dan dibantu oleh alam semesta untuk tetap bertahan hingga detik ini sebagai saksi akan keserakahan manusia.
Pembuktian yang saat ini telah terjadi. Dimana air laut yang sejak dulu terasa damai dan menenangkan.
Tetapi sekarang tidak, sebab air laut di palung terdalam ini justru membuat biota air menjadi kacau. Bahkan beberapa hewan besar dan berbentuk aneh di dalamnya merasa sangat terganggu.
Yah, sesuatu yang aneh memang sangat mengganggu mereka bagi hewan yang hidup di kedalaman 11.000 meter di bawah permukaan laut. Suhu dan aroma berbeda mengusik kedamaian mereka.
Termasuk bagi hewan besar yang tergolong dalam kelas reptil. Mereka sangat terganggu sebab konsentrasi air tidak seperti biasanya.
Hanya dalam hitungan detik sejak air laut terkontaminasi, konsentrasi air mampu membuat tubuh mereka sedikit mengeras. Sama seperti dulu, sebelum mereka memutuskan untuk tenggelam di dasar laut terdalam ini, hingga akhirnya alam mengizinkan mereka untuk bisa bertahan hidup.
Kini, tidur mereka sangat terusik. Tubuh mereka menggeliat, menghempaskan tubuh kesana kemari.
Rumput laut indah disekitar mereka ikut hancur karena libasan kuat tubuh mereka. Tidak hanya itu, bahkan hewan-hewan di sekitar mereka atau yang melewati mereka juga menjadi sasaran empuk libasan yang cukup dahsyat.
Berat tubuh 1,5 ton. Panjang tubuh mencapai 50 kaki. Lalu lebar tubuhnya 5 kaki. Hewan yang sangat besar. Tidak, hewan raksasa hingga cukup merusak ekosistem di dasar laut sana.
Yah, mereka tidak sengaja melakukan itu. Sebab sudah puluhan juta tahun lalu mereka hidup di dasar laut ini, tidak mungkin mereka merusaknya tanpa alasan.
Gerakan kasar yang mereka lakukan di dasar laut sana memiliki beberapa alasan kuat. Alasan yang bahkan mereka sendiri tidak menyadarinya sebab indera perasa mereka mulai mendapat sinyal dari berbagai arah.
Kepekaan itu muncul tiba-tiba. Tanpa mereka sadari, sinyal yang muncul membangunkan ambisius dan keagresifan dalam diri mereka.
Seakan tidak tahan dengan tubuh mereka terasa berbeda, akhirnya 7 ekor reptil besar itu mulai bergerak naik ke atas. Mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan panjang yang seharusnya tidak bisa mereka tempuh lagi, sebab tubuh mereka sudah beradaptasi dengan kedalaman 11.000 meter di bawah permukaan laut.
Adaptasi tubuh mereka terhadap air laut yang terkontaminasi hanya membutuhkan waktu sepersekian detik saja sejak cairan itu menyatu di kedalaman challenger ini. Bukan hal sulit bagi sekelompok Spirostomum ambiguum membawa efek besar itu sampai ke titik terendah permukaan bumi.
Dan sekarang, air membuat mereka mampu bergerak naik ke atas sana. Laut yang sangat gelap dengan kedalaman pekat, tapi mampu ditembus oleh 7 ekor reptil itu melalui sinyal dan insting kuat.
Spesies terakhir dari periode Paleosen yang masih hidup. Mereka, Titanoboa cerrejonensis.
*
*
Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)