Bahagia Luar Biasa

1222 Kata

“Kalau tidak sanggup membahagiakan Jingga, beritahu saja.” Aku memandangi wajah Kak Damar yang tengah serius bercerita. Saat ini dia tengah mencontohkan gaya bicara Ganda padanya. Ternyata sebelum Ganda ke butik dia sempat menemui Kak Damar. “Kenapa liatinnya begitu?” Aku hanya menggeleng. “Bercanda saja, tidak tahu saja dia susahnya mendapatkan kamu kembali,” sambungnya. “Lebih baik mati daripada melepasmu—” “Kak….” “Never let you go again, Ga, like I did, no.” Malam ini, makan malam di sini, berdua dengan Kak Damar, begitu menyenangkan. *** Tiga minggu berlalu cepat, saat ini aku dan Kak Damar berada di boarding lounge. Penerbangan kami ke Jogja pukul sembilan lebih sedikit. Aku menyandarkan kepalaku pada pundak Kak Damar sambil memejamkan mataku, memeluk posesif lengannya.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN