Kilau marmer hitam berkilat memantulkan cahaya lampu kristal yang menggantung megah di langit-langit. Di tengah gemerlap dan kemewahan hotel bintang lima yang terletak di jantung kota Jakarta, langkah Adiraja Mahadipa menggema seperti suara dewa yang turun dari langit. Para staf berdiri berbaris, menyambut kedatangan pewaris Mahadipa Group. Setelan hitam khasnya membalut tubuh tegap Adiraja, sementara Nayara, sang istri, berbalut dress midi hitam, yang mencetak bentuk tubuh dan perut mungilnya dengan sempurna. Kacamata hitam besar tak menyembunyikan tatapan tajamnya—terutama saat pandangannya menangkap salah satu resepsionis wanita tersenyum terlalu lebar. Senyum tiga jari. “Selamat datang, Tuan Adira—” “Dia sudah punya istri,” Nayara memotong cepat, suaranya rendah dan tajam. “Tolong

