62

1745 Kata

Pintu ganda berlapis kayu jati terbuka perlahan. Dentingan sepatu kulit bergema tenang di atas marmer hitam mengkilap. Seluruh jajaran direksi, para pemegang saham, dan anggota dewan yang duduk di sekeliling meja bundar megah itu sontak berdiri serempak. “Selamat datang, Tuan Adiraja…” Suara mereka serempak, namun terasa seperti bisikan tak berani. Mata mereka menatap penuh hormat—dan takut. Sosok yang baru saja melangkah masuk bukan pria biasa. Ia mengenakan kemeja putih bersih, terbungkus oleh jas hitam khusus buatan tangan, terpotong presisi hingga menonjolkan tubuh tegapnya. Cincin pernikahan platinum berkilau di jari manis kirinya, berpadu sempurna dengan jam tangan Audemars Piguet skeleton di pergelangan tangan. Wajahnya… tampan. Tegas. Tapi dingin. Adiraja Mahadipa. Orang yang m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN