Langit Jakarta yang tadinya sedikit mendung saat ini mulai menguning keemasan saat Adiraja Mahadipa melangkah masuk ke pusat perbelanjaan paling elite di jantung kota. Bukan dengan tampilan formal seorang presdir seperti biasanya—hari ini ia menanggalkan jasnya, menggulung lengan kemeja putihnya hingga ke siku. Dua kancing teratas terbuka, memperlihatkan lekuk tulang selangka dan otot dadanya yang samar. Langkahnya mantap. Dingin. Tak terbantahkan. Setiap mata yang berpapasan dengannya langsung terpaku—entah itu wanita muda, ibu sosialita, bahkan beberapa pria paruh baya yang hanya bisa menelan ludah melihat aura intimidatif lelaki itu. Mereka tahu, bukan hanya karena ketampanan atau tubuh tingginya, tapi karena ini Adiraja Mahadipa—pengusaha muda, tajir, berkuasa… dan sangat sulit didek

