43

1469 Kata

“Mas, kopi panas. Hitam. Tanpa gula.” Suara lembut Nayara menyelinap masuk ke ruang kerja luas bergaya industrial minimalis yang kini hanya diisi dentingan keyboard dan dengusan napas berat sang pemiliknya. Nayara meletakkan cangkir porselen di meja kaca besar di depan suaminya. Aroma robusta tajam langsung menguar, menyatu dengan aroma tubuh Nayara yang khas—vanila bercampur kayu manis. Adiraja mengangkat pandangan. Tatapannya jatuh pada wanita bersetelan kerja warna cream elegan, dengan potongan lengan terbuka yang memperlihatkan garis bahunya yang halus. Wanita itu… kini miliknya. Bukan hanya secara administratif, tapi dalam segala arti. “Kamu nggak capek kesana-kemari dari tadi?” gumam Adiraja sambil meletakkan pulpen dan menggulung lengan kemejanya perlahan. Suaranya berat. Nadan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN