Laras terus diam ketika ayahnya mengamuk dan menanyainya anak siapa bayi yang ada di perutnya. Laras masih terus membayangkan raut sedih dan air mata Bina ketika melihatnya menangis kemarin. Laras juga masih tidak bisa lupa dengan raut khawatir Bina ketika menyelamatkannya di trotoar saat itu. Tidak bisa di terima oleh pikiran Laras bahwa setelah segala hal yang dia lakukan untuk menghancurkan kebahagiaan Bina, wanita itu masih mau menolongnya dengan begitu tulus. “Sudah toh pak, biarin dulu Larasnya tenang, nanti bisa bicara lagi kalau udah tenang.” Ucap ibu Laras menenangkan suaminya yang begitu murka. “Beginih, karena di belain terus sama ibu jadinya anaknya keras kepala, semaunya sendiri dan nggak bisa di atur.” Laki-laki itu kemudian meninggalkan ruangan itu dengan kemarahan. Meras