Sejak subuh Dirga sudah heboh menyiapkan bekal untuk perjalanan ke Solo—mulai dari nasi, air mineral, sampai camilan segala. Katanya, biar nggak perlu mampir-mampir di rest area. Padahal aku sudah bilang lebih enak naik kereta, bisa santai dan nggak capek di jalan. Tapi dasar Dirga, malah ngotot mau bawa mobil pinjaman dari anak kedua Bu Sania.
Dan entah bagaimana ceritanya, anak kedua Bu Sania itu dengan sukarela meminjamkan mobil besar, mewah, dan—jelas—mahal banget itu ke Dirga. Aku bahkan sempat curiga, jangan-jangan mereka berdua sudah kenal lama.
Karena aku cuma ditugaskan 'mengurus diri sendiri', sementara semua urusan perjalanan dipegang Dirga, jadi ya aku santai saja. Cukup mandi, ganti baju, dan bawa satu tas kecil. Untuk pakaian, di rumah Solo sudah banyak, jadi nggak perlu re
