“Nah, sampai juga,” kata Om Dirga sambil menarik napas lega. Tapi beberapa detik kemudian ekspresinya berubah canggung. “Ehm tapi, Tara, ini mobilnya agak kegedean buat parkir di depan rumah kamu.” Aku menatap ke depan dan langsung paham maksudnya. Jalan kecil di depan rumah Mama cuma cukup untuk dua mobil lewat pelan, sementara mobil yang kami bawa ini ukurannya terlalu besar. “Memangnya nggak bisa parkir ya, Om?” tanyaku sambil melirik ke arah halaman rumah. Om Dirga menatapku dengan kening berkerut, seolah baru saja salah dengar. “Tadi kamu manggil aku apa?” tanyanya pelan, nadanya agak tidak percaya. Aku menoleh santai. “Om,” jawabku ringan. “Om?” ulangnya, kali ini dengan ekspresi bingung. Aku mengangguk. “Iya dong. Soalnya umur kita kan selisihnya lumayan jauh. Masa aku manggil

