Dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka, aroma tumisan bawang langsung menyergap hidungku. Aku baru saja selesai mandi, tapi suara riuh dari arah dapur membuatku penasaran. Begitu aku melangkah pelan ke ambang pintu dapur, pemandangan yang kulihat sukses bikin aku nyengir. Om Dirga—dengan lengan kemeja digulung sampai siku—berdiri di samping Mama sambil mengaduk sayur di wajan. “Wah, lihai juga, Nak Dirga,” komentar Mama sambil tersenyum kagum. “Jarang lho, ada laki-laki bisa masak seenak ini.” “Ah, biasa aja, Ma. Saat sekolah dulu saya nge-kost jadi terbiasa masak sendiri,” jawabnya. “Beda banget sama Tara, ya. Kalau di dapur, pegang pisau aja udah bikin Mama deg-degan,” balas Mama. Aku yang ngintip dari balik pintu cuma bisa meringis. Tak berniat membela diri. Ya karena begitul

