Sore mulai menjelang ketika beberapa orang datang, mengatakan bahwa mereka akan membantuku bersiap. Aku yang baru bangun tidur langsung gelagapan melihat ada manekin yang sudah dipasangi sebuah dress yang sangat cantik—terlalu cantik untuk sekadar makan malam. “Ayo, Mbak, kita harus segera bergegas. Acara sebentar lagi dimulai,” ujar salah satu dari mereka. “Acara apa, sih? Mama Sania dan Mbak Ayla bilangnya cuma makan malam. Lagi pula ini masih jam empat sore,” protesku sambil mengusap wajah yang masih setengah ngantuk. “Sebelum makan malam ada acara kecil-kecilan. Jadi Mbak Tara harus segera bersiap,” jelas perempuan itu dengan senyum penuh rahasia. “Acara apa, Mbak?” tanyaku lagi, kali ini dengan nada penuh curiga. Namun perempuan itu hanya tersenyum samar, membuat rasa penasaranku

