“Cantik banget kamu, Sayang.” “Udah, jangan gombal! Aku tuh masih kesel sama Om.” “Kesel kenapa lagi? Aku kan sudah minta maaf.” “Iya, tapi Om belum jelasin. Selama tujuh bulan ini Om ke mana? Terus kenapa tiba-tiba muncul dan langsung bikin kejutan lamaran?” “Aku sedang memperjuangkan hubungan kita, Sayang.” “Lebih detail dong, Om. Jangan bertele-tele gitu.” Om Dirga langsung menarikku masuk ke dalam pelukannya saat nada bicaraku mulai naik. Acara pertunangan dadakan sudah selesai, dan semua orang kini menikmati makan malam sambil ngobrol santai. Sementara kami memilih duduk di meja pojok—supaya bisa bicara tanpa disela siapa pun. Supaya aku bisa bebas menginterogasi Om Dirga tanpa gangguan. “Gak boleh marah-marah. Kita baru aja resmi jadi tunangan, loh,” ucapnya sambil mengusap p

