Mama Sekar adalah wanita yang sangat cantik. Wajahnya mirip sekali denganku—bedanya hanya usia. Namun malam ini, mata teduhnya tampak sayu, tubuhnya terlihat lebih kurus, dan tatapannya sering kosong setiap kali tidak ada yang mengajaknya bicara. Apakah Mama Sekar memang selalu seperti ini? Atau… beliau berubah setelah aku mengalami kecelakaan? Jujur saja, aku ingin bertanya apa yang sebenarnya beliau rasakan. Tapi aku tidak berani—takut membuka luka lamanya, takut membuat hatinya semakin berat. Pada akhirnya, aku hanya bisa menunggu hingga Mama Sekar sendiri siap bercerita. “Tara—” “Iya, Ma.” “Maaf ya, Nak… selama masa penyembuhan Mama tidak bisa menemanimu.” “Gak apa-apa, Ma. Asalkan Mama sehat, Tara udah senang kok.” Hening sejenak. Mama membelai pipiku dengan lembut. Ada sesu

