Kenapa Baru Sekarang?

1275 Kata

“Papa minta maaf, Tara.” Suara itu terasa menyakitkan di telingaku—suara yang sejak kecil selalu kurindukan. Suara yang tak pernah sekalipun memanggilku Nak, bahkan sampai aku meninggalkan Solo. “Papa?” ulangku pelan, seperti sedang menguji lidahku sendiri. Lalu aku terkekeh kaku, mencoba menutupi rasa kesal yang menumpuk. “Tara? Ternyata Pak Ari tahu namaku.” “Jelas Papa tahu, Nak. Kamu putri Papa satu-satunya.” “Benarkah?” “Tara—” “Sudahlah, tidak usah basa-basi. Katakan saja apa tujuan Bapak datang ke sini,” potongku cepat. Om Dirga tetap diam, hanya berdiri di sampingku sambil sesekali membelai lenganku dengan lembut. “Boleh Papa masuk, Nak?” tanyanya sembari melihat ke sekitar. “Aku rasa tidak perlu,” jawabku datar. “Kalau tidak ada urusan penting, silakan pergi.” Saat aku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN