Beberapa hari kemudian, Peter senantiasa menemani sang calon istri untuk mencoba gaun pengantin nya. "Bagaimana dengan yang ini?" Ujar Lena meminta pendapat Peter tentang gaun nya saat ini.
Peter mengangguk dengan santai, pria itu tidak mempermasalahkan pilihan Lena sama sekali. Ia akan menghargai kemauan wanita itu, entah kenapa seakan mendapat kekuatan magis ketika berada didekat Lena.
Peter merasa kadang rindu walau bawaan nya wanita itu suka bertingkah menyebalkan pada nya. "Wajah mu biasa saja, menandakan kamu tidak terlalu menyukai nya." Ujar Lena pada Peter.
Peter kebingungan. "Kenapa rasanya aku berbuat salah terus?" Gumam Peter.
Lena kembali mencoba gaun lain nya. "Saya mau yang lebih terbuka." Ujar Lena pada pelayan yang membantu nya saat itu.
Peter menunggu Lena hingga tirai benar benar terbuka dan menampakkan seorang bidadari yang cantik bukan main. "Peter?" Panggil Lena.
Peter tidak mengedip sama sekali, sampai Lena berteriak dengan kencang kepada pria itu. "Peter!" Ujar Lena menyadarkan Peter dari lamunan nya.
"Bagaimana dengan gaun yang ini?" Tanya Lena.
Peter mengangguk setuju. "Aku lebih suka yang ini dibanding yang tadi." Ujar Peter.
Lena menghela napas nya. "Kalau begitu aku akan pakai yang sebelum nya saja." Ujar Lena membuat Peter mengerutkan kening nya.
Memang wanita itu tidak mudah ditebak, apa yang mereka inginkan tidak berarti mereka sukai juga dan kadang sebalik nya.
Peter dan Lena kini tengah memilih cincin pernikahan mereka, seperti biasa pria itu mengikuti apapun kemauan calon istri nya Lena. "Aku pilih yang ini ya?" Ujar Lena yang diangguki Peter.
"Besok pertemuan mama ku dengan mu, sekalian beli hadiah nya saja hari ini." Ujar Peter mengingatkan Lena.
"Seperti mya kita sudah beli hadiah." Ujar Lena merasa dirinya telah membelikan kado untuk sang mertua.
Peter menggeleng. "Aku gak pernah ingat, kalau sudah pun kita bisa memberinya dua hadiah kan?" Ujar Peter yang diangguki oleh Lena.
Lena memilih sebuah syal disalah satu store disana, melihat bahwa desain nya sangat elegan dan cocok dipakai untuk seorang wanita yang lebih tua. "Saya pilih yang ini, tolong bungkus secantik mungkin." Ujar Lena kepada pelayan disana.
Pelayan itu mengambil syal tersebut dan langsung membungkusnya dengan kotak hitam dengan pita merah yang menghiasi nya. "Terimakasih." Ujar Lena.
"Khusus yang ini aku yang bayar, nanti aku transfer kembali uang nya ke rekening mu. Hadiah ini harus khusus diberikan pada ku untuk ibu mertua." Ujar Lena sembari tersenyum membuat Peter hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Lena melihat sebuah baju pasangan yang terpampang di kaca salah satu toko disana. "Peter, kamu bisa melihat nya?" Tunjuk Lena.
Peter mengangguk. "Ayo beli, dan kita pakai saat berkencan." Ujar Lena.
Peter terdiam sebelum berakhir dengan kata setuju dari mulut nya itu. "Baiklah." Ujar Peter.
Mereka mencoba baju itu, dimulai dari Lena. Peter menjaga Lena dari luar hingga wanita itu keluar dengan sebuah kaos bertuliskan he's mine begitupun sebalik nya yang akan di pakai Peter. "Mau aku bantu Peter?" Tawar Lena yang ingin ikut masuk kedalam sana.
Peter menggeleng. "Aku bisa pakai sendiri." Ujar Peter yang diangguki oleh Lena
Bukan Lena namanya kalau menyerah sampai sini. Wanita itu mencoba mengintip Peter yang tengah membuka kemeja nya, wanita itu terkagum setelah melihat banyak nya kotak diperut sang lelaki. "Sebentar lagi akan jadi milik ku." Ujar Lena sembari menjilat bibir nya hingga basah.
Wanita itu bahkan tak sadar bahwa dirinya telah masuk kedalam sana memeluk tubuh telanjang Peter hingga pria itu terkejut.
"Kamu menyukai nya?" Tanya Peter memancing Lena yang masih menikmati tubuh telanjang nya.
Lena tidak menjawab dan memilih untuk menciumi leher Peter saat itu, membuat Peter harus dengan cepat mendorong pelan sang kekasih sebelum hal yang tidak boleh terjadi kejadian.
"Aw!" Ujar Lena yang ikut menyaksikan Peter menggunakan kaos nya.
"Gak sabar pengen nikah." Ujar Lena kepada Peter yang sedikit ketakutan.
Selesai dari mencoba baju nya mereka berdua mengaca dan berfoto didalam tempat ganti baju. "Ayo sayang, kita bayar." Ujar Lena membuat Peter mengerutkan kening nya.
"Sayang?" Ujar Peter membuat mata Lena berbinar dan besar saat itu.
"Kamu baru saja memanggil ku dengan sebutan sayang, ih lucu banget deh." Ujar Lena sembari menyenggol lengan Peter manja.
Peter menggeleng melihat tingkah laku Lena, pria itu membawa Lena keluar dari sana untuk membayar baju ini dan pergi dari toko dengan cepat.
"Maaf karena langsung kami pakai, bisa tetap dibayarkan?" Ujar Peter.
Pelayan disana menganggukinya. "Silahkan tarik label nya saja, akan saya scan disini." Ujar pelayan itu.
Peter membalikan tubuh Lena hingga wanita itu membelakangi nya lalu dengan cepat menarik label harga nya dilanjut dengan milik nya yang mudah di ambil. "Ini mbak." Ujar Peter.
Setelah membayar itu, Lena dan Peter bergandengan kesebuah tempat makan. Banyak juga sepasang mata yang melirik penampilan mereka saat ini, yang gimana tidak begitu kalau warna baju mereka aja oren terang begini.
Peter menghela napas nya karena harga dirinya cukup tercoreng. "Ini demi kamu, aku tidak mungkin memakai baju aneh dengan warna yang seperti ini." Ujar Peter.
Lena tersenyum kecil, lalu mencium pipi Peter. "Tidak papa kan aku mencium mu?" Tanya Lena.
Peter berfikir sejenak lalu mengangguki. "Boleh mencium ku, tapi tidak mencium pria lain termasuk Roni sepupu mu itu." Ujar Peter pada Lena yang mengangguki nya.
"Padahal kami ini saudara-an tapi kenapa kamu malah cemburuan sama dia?" Gumam Lena.
"Ah, atau karena dia tidak kalah ganteng dengan mu ya?" Ujar Lena sembari tersenyum meledek.
"Dia hanya lebih tinggi sediiiiikit dari kamu, jadi jangan khawatir. Aku akan membuatkan s**u setiap hari sebelum kamu tidur, agar tumbuh kembang lagi jadi pria yang lebih tinggi mengalahkan kak Roni." Ledek Lena pada Peter.
Peter merasa sebal dan ingin segera pulang, terlihat dari pria itu yang langsung menaiki mobil nya meninggalkan Lena di sana sendirian. "Peter!" Teriak Lena tak sangka pria itu ternyata bisa segemas itu kalau lagi ngamuk ataupun ngambek.
"Aku mencintai mu." Ujar Lena yang baru saja masuk kedalam mobil untuk menghibur Peter.
"Kamu paling tahu diantara kita hanya aku yang mencintai, kamu sama sekali belum pernah menyatakan perasaan mu yang sebenarnya. Mau nikah hanya mengajak saja tanpa menyatakan perasaan dulu. Dasar lelaki egois." Ujar Lena membuat Peter tersindir.
"Aku..aku, akan menjalankan mobil nya sekarang." Ujar Peter.
Dalam pikirkan pria itu, bukan dirinya yang tidak ingin menyatakan perasaan nya. Hanya saja ia membutuhkan waktu yang pas untuk mengungkapkan rasa cinta nya pada Lena, suatu hari nanti—tidak, sebentar lagi... Peter berjanji.
Selamat membaca di bab selanjut nya!