Peter berhasil menemukan keberadaan Lena setelah dua hari pencarian, pria itu menatap pagar tinggi dihadapan nya. "Apa ini rumah orang tua nya?" Gumam Peter mengingat bahwa Keiden pernah membiarkan akan keluarga Lena yang kaya raya.
Peter mencoba untuk masuk kedalam sana, berbekal dengan kartu nama pria itu bisa melewati satpam disana dan di tuntun masuk atas izin orang didalam.
Kini Peter dan Roni tengah saling berhadapan, sembari menunggu Lena turun kebawah. "Aku tidak akan bertanya siapa kamu sampai Lena mau membukakan pintu untuk mu, yang pasti jangan ganggu lagi wanita itu setelah kamu pulang dari sini." Ujar Roni.
Peter tersenyum miring, ia tidak mau kalah. "Atas dasar apa bilang begitu, siapa nya Lena saja kamu belum jelas." Ujar Peter yang masih tidak tahu apapun.
Lena akhirnya menuruni tangga dan menatap Peter sebentar sebelum kembali pada pandangan sebelum nya wanita itu. "Kak Roni bisa tinggalkan kami sebentar?" Tanya Lena pada Roni membuat Peter bertanya-tanya sebenarnya siapa lelaki itu.
Setelah hanya Lena dan Peter yang ada disana, mereka mulai berbincang. "Aku gak berniat kabur dari apartemen mu." Ujar Lena.
"Aku hanya butuh." Ucapan Lena terputus.
"Ayo menikah." Ucap Peter membuat Lena kembali bingung.
Lena berusaha untuk tetapi tenang, perasaan nya semakin campur aduk saja mendengar ucapan Peter barusan. "Aku semakin tidak mengerti dirimu Peter, kamu terkadang bisa menjadi pria manis terkadang juga menjadi pria yang sangat dingin." Ujar Lena.
"Aku betul-betul sulit untuk menebak apa mau mu." Ujar Lena membuat Peter menatap sang wanita dalam.
"Aku mulai lelah." Ucap Lena membuat Peter menundukan kepalanya.
Roni yang sedari tadi menguping pembicaraan Lena dan Peter hanya bisa diam dan memperhatikan dari kejauhan saja. Perasaan nya pada Lena tak pernah ragu seperti seorang pria bernama Peter itu. "Aku mencintai mu Lena, bukan sebagai saudara kalau kita tidak sedarah sama sekali." Gumam Roni.
Peter mendekat pada Lena, wanita itu yang dasar nya mencintai Peter sama sekali tidak berniat untuk menghindar ataupun pergi. Perasaan nya oadanleee bukan hanya cinta monyet semata, tapi betul-betul tulus mencintai pria itu. Walau tahu keadaan nya akan menjadi seperti ini.
"Siapa Roni?" Tanya Peter sembari menggengam tangan Lena.
Lena terdiam lalu memberanikan diri untuk membalas tatapan Peter. "Dia, kakak sepupu ku." Ujar Lena pada Peter.
Peter tersenyum, berarti tidak sama sekali ia seharusnya cemburu pada pria yang katanya hanya seorang sepupu Lena saja. "Kamu akan pulang dengan ku kan sekarang?" Tanya Peter.
Lena bingung. "Kamu tidak butuh penjelasan tentang latar belakang keluarga ku?" Tanya Lena.
Peter menggeleng. "Tidak sama sekali, aku tidak peduli itu. Dari awal dekat dengan mu, aku tidak pernah ingin mencampurkan urusan pribadi mu kecuali kamu yang bercerita langsung padaku." Ujar Peter membuat Lena ikut merasa bersalah karena membohongi lelaki dihadapan nya ini.
"Pulang dengan ku ya?" Bujuk Peter.
Sebelum Lena menjawab nya Roni sudah keluar menghadang mereka berdua. "Lena, biarkan wanita itu tetap disini. Kalau kamu ingin pergi, pulanglah sendirian tanpa membawa nya." Ujar Roni pada Peter.
Peter mengeluarkan smirk nya. "Aku akan menikahi nya sebentar lagi, dia kekasih ku." Ucap Peter.
Roni membalas ucapan Peter dengan senyuman miring, pria itu mendekat bahkan memeluk tubuh Peter serta membisikkan sesuatu. "Asal kamu tahu, aku dan Lena tidak ada hubungan darah. Nampak nya juga, aku menyukai Lena." Bisik Roni membuat Peter mengepalkan kedua tangan nya menahan emosi.
Sedangkan Lena yang kebingungan dengan kedua nya yang sedang membicarakan apa hanya bisa memperhatikan saja. "Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Lena.
Peter menoleh pada Lena dan mengglengkan kepalanya. "Kamu harus pulang dengan ku, semua barang mu dan tempat tinggal asli mu seharusnya bersama dengan ku." Ujar Peter.
Roni melipat kedua tangan nya didada ketika mendengar kalimat ucapan dari Peter pada Lena. Lena melirik Roni seakan meminta persetujuan tentang kepulangan nya bersama Peter.
"Aku yang sudah menolong mu dari si b******k ini, jangan bermimpi untuk bisa pulang dengan nya!" Ujar Roni pada Lena yang cemberut.
Peter menghela napas nya dengan berat. "Lepaskan dia, sebentar lagi Lena akan menjadi milik ku seutuh nya. Lebih baik relakan dia sekarang, sebelum kamu tidak pernah bisa melupakan nya." Ucap Peter dengan pelan agar Lena tidak bisa mendengar nya jelas.
Lena mendekat ingin mendengar obrolan dua orang dihadapan nya itu. "Kenapa kalian hobi banget bisik-bisik, sengaja supaya aku gak bisa dengar ya?" Tanya Lena membuat kedua nya menjauh satu sama lain.
Peter bersikukuh meminta Lena untuk ikut dengan nya malam ini pulang. "Kak Roni, biarkan aku tinggal dengan nya lagi. Aku akan sering main kemari, atau kak Roni bisa mengunjungi ku disana." Ujar Lena sembari tersenyum.
Peter yang mendengar itu tersenyum miring pada Roni. "Dia terlihat sibuk dan tidak mungkin bisa mengunjungi mu." Ujar Peter.
Lena menatap Peter kesal. "Kamu gak berhak mengatakan seorang sibuk kalau sendiri nya saja juga sibuk terus." Ujar Lena membuat Peter memilih untuk diam saja.
Roni menghela napas nya ketika mendengar percakapan kedua orang dihadapan nya yang saling mengode. "Baiklah, aku izinkan kamu kembali kesana. Tetapi, jika kamu menangis lagi aku akan kembalikan kamu kemari dan tidak ada permintaan untuk kembali bersama pria ini." Ujar Roni memberikan pengertian pada Lena.
Lena mengangguk setuju sampai mencium pipi Roni saat itu juga. "Terimakasih karena telah mengizinkan." Ujar Lena sembari tersenyum membuat Peter yang melihat nya semakin gemas dan kesal saja.
Peter seperti terbakar api cemburu. "Haruskah kamu melakukan itu?!" Tanya Peter pada Lena.
Lena menoleh pada Peter. "Melakukan hal apa?" Tanya Lena yang tidak sama sejali mengerti ucapan Peter itu.
"Ci-cium pipi." Ucap Peter yang terlihat malu karena takut ketahuan kalau dirinya sedang merasa cemburu buta.
Lena mengangguki. "Toh dia kakak ku sendiri, kenapa gak boleh cium pipi nya?" Ujar Lena membuat Peter merasa ingin mencium bibir sang wanita hingga diam.
"Terserah deh, yang pasti dua hari lagi kamu akan menemui ibu ku. Aku sudah mengundang nya ke rumah besok, jadi bersiaplah." Ujar Peter.
Lena menggeleng. "Aku bahkan belum diet supaya kelihatan cantik." Ujar Lena.
Peter menggeleng, lalu membawa Lena keluar dari rumah mewah itu. "Tidak usah, dia menyukai wanita yang berisi untuk anak nya." Ujar Peter yang diangguki Lena walau wanita itu masih kebingungan dengan kalimat sang pria barusan.
Peter menatap rumah besar itu sebelum betul-betul pergi dari sana. "Lena, ada yang ingin aku yang tanyakan." Ujar Peter.
Lena mengangguk dengan senyuman kecil. "Apa kamu menginginkan rumah yang besar setelah kita menikah?" Tanya Peter pada Lena yang mulai nampak berfikir.
Sampai jumpa dibab selanjutnya!!!