Di dalam kantor Peter serasa badan nya lemas dan tidak berdaya. Keiden yang menyadari ada yang tidak beres dengan sekretarisnya menyuruh asisten baru untuk mengantar sahabat nya itu. "Tolong antar dia kerumah sakit." Ucap Keiden.
Keiden mengambil ponsel milik Peter yang sudah tak sadarkan diri dirumah nya barusan. Keiden sengaja menghubungi Lena, orang yang mungkin bisa ia percaya untuk menjaga Peter sementara.
Lena yang mendengar kabar itu segera keluar dari rumah setelah bersiap-siap dengan cepat. "Ada dengan Peter, tadi sebelum berangkat dirinya masih sehat-sehat saja." Gumam Lena panik.
Lena memanggil taksi untuk kerumah sakit yang sebelum nya di beritahukan oleh Peter. Diperjalanan Lena tak henti-henti nya mendoakan keselamatan Peter, ia juga mulai berfikir bahwa ia mungkin salah nya. Peter kelelahan pasti akhir-akhir ini karena mengurusi dirinya dan pekerjaan nya secara bersamaan.
Lena menghampiri kamar Peter dan membuka nya. "Peter." Panggil Lena saat itu pada Peter yang masih belum sadarkan diri.
Lena menggenggam tangan Peter berharap kalau pria itu cepat tersadar dari tidur nya. Wajah pucat pasi yang bisa Lena lihat terpampang jelas di hadapan nya. Lena tak henti-henti meminta maaf pada Peter karena telah membuat pria itu sakit.
"Cepat sadar Peter." Gumam Lena.
Lena mengelus lembut dahi Peter yang terasa dingin, tak lupa tangan nya mulai menyelimuti tubuh Peter dengan selimut tebal rumah sakit. "Lena." Suara serak Peter menyapa telinga wanita itu dan membuat nya segera menoleh pada sang pria.
"Peter, kamu baik-baik saja?" Tanya Lena khawatir.
Peter mengangguk dengan perlahan sembari tersenyum. "Lapar." Ucap Peter pada Lena.
Lena mengangguk mengerti dan menyuruh Peter untuk tetap diam di sini selama dirinya membeli makanan. "Jangan kemana-mana." Ujar Lena.
Lena memencet tombol darurat untuk memberitahu bahwa Peter telah sadar dari pingsan nya. Wanita itu langsung meninggalkan nya untuk membeli bubur dibawah.
Keiden datang menjenguk Peter yang masih terbaring lemah diatas kasur. "Sudah dapat pemeriksaan oleh dokter?" Tanya Keiden.
Peter mengangguk. "Baru saja selesai." Ucap Peter hingga suara pintu terbuka yang tak lain adalah kerjaan dari Lena.
"Buburmu pesanan mu telah datang." Ucap Lena pada Peter dan terdiam seketika melihat Keiden yang berada disana.
Sudah jelas Lena mengenal baik Keiden karena kedua orang tua mereka pernah bertemu sebelum nya bahkan berniat menjodohkan mereka berdua. Tetapi ingatan akan keluarga nya tidak sama sekali dihiraukan Lena dalam kehidupan nya, ia bahkan sangat jarang mau membahasa perihal orang tua nya pada orang lain.
"Kamu Lena kan?" Tanya Keiden berbasa-basi.
Lena mengangguk sembari membalas sapaan Keiden. "Saya secepatnya akan masuk kerja pak." Ucap Lena bersikap seperti atasan dan bawahan.
Keiden menggeleng. "Jaga Peter saja sampai sembuh dulu, saya juga dengar kalian sebentar lagi akan menikah. Setelah bulan madu, aku akan menerima kalian bekerja padaku lagi. Hanya kalian yang aku berikan kesempatan emas ini, dan lagi jangan sampai hal ini bocor ke karyawan lain." Ucap Keiden tidak mau di demo karena pilih kasih.
"Cepatlah menikah, saya pusing setiap mendengar curhatan Peter akhir - akhir ini." Ujar Keiden membuat Lena memakan satu alisnya kebingungan.
"Pak Peter memang curhat apa?" Tanya lema yang tidak pernah menyangka bahwa Peter melakukan sesi curhat pada sang bos tentang dirinya.
"Kamu bisa tanyakan pada Peter setelah memberi makan untuk nya, saya akan pulang lebih dulu." Ucap Keiden sebelum berpamitan pulang.
Lena melirik pintu kamar yang sudah tertutup dengan rapat. "Adakah hal yang kamu sembunyikan dengan ku?" Tanya Lena curiga.
Peter menggeleng. "Tidak ada, hanya sediki kebimbangan yang aku rasakan." Ujar Peter denga jujur.
"Bimbang dalam hal apa, tentang menikahi ku kah?" Tanya Lena.
Peter mengangguk. "Hal itu sempat termasuk, tapi kini tidak lagi. Dilubuk hati saya sudah tidak lagi ada keraguan untuk menikah dengan mu, maafkan saya karena sempat berbicara tentang mu dibelakang." Ujar Peter.
Lena menggeleng. "Selama bukan tentang hal yang buruk, aku tidak akan mempermasalahkan nya." Ujar Lena.
Peter membuka mulut nya lebar-lebar mengode Lena untuk sehat menyuapi nya. "Bisa suapi aku sekarang?" Tanya Peter dengan manja.
Lena mengangguk dan mulai membuka tempat bibir nya, wanita itu menyendokan bubur panas itu kedalam mulut Peter setelah berhasil menghangatkan nya. "Enak?" Tanya Lena.
Peter menggeleng. "Rasa nya tawar dan sedikit pahit." Ucap Peter.
Lena tertawa kecil. "Sepertinya kamu betulan sakit ya, kalau begitu makan yang banyak tanpa bicara tentang rasanya. Kamu harus sembuh dengan cepat, bukankah pernikahan kita ini akan dimajukan jadwal nya?" Ujar Lena.
Peter mengangguk. "Kita undang kedua orang tua kita untuk bertemu dan saling berbicara perihal pernikahan ini." Ujar Peter membuat Lena terdiam.
"Apa aku salah bicara?" Tanya Peter
Lena menggeleng. "Apa harus ada orang tua ku juga?" Tanya Lena.
Peter mengangguk. "Kamu gak mungkin lupa dengan kedua orang tua mu kan, aku butuh restu Lena. Menikah dengan mu tanpa ada nya restu dari kedua orang tua, aku tidak bisa menjamin kebahagiaan kita karena berfikir apakah Tuhan memberkati pernikahan ini." Ujar Peter.
Lena mengerti. "Aku akan berusaha menghubungi wali ku." Ujar Lena.
"Untuk persiapan, taruh didepan saja. Dan pertemuan kedua orang tua bisa kita letakan dibelakang, aku yakin ibu ku pasti merestui nya." Ujar Lena yang diangguki Peter.
"Gak terasa udah suapan terakhir aja nih, buka mulut mu yang lebar." Ujar Lena.
Peter memperaktekan nya hingga bubur nya masuk hingga suapan terakhir nya. "Nanti sore aku suapin lagi, aku juga udah beli beberapa snack yang aman untuk kamu konsumsi saat sakit seperti ini. Pokoknya harus banyak makan dialah cepat sembuh Peter." Ujar Lena yang diangguki Peter.
Peter sebenarnya tipe pria yang rewel saat sakit, tapi dirinya tidak bisa merepotkan Lena yang masih sakit juga untuk mengurus keluhan nya. "Bisa temani aku tidur sebentar siang ini?" Tanya Peter.
Lena menaikan satu alisnya. "Berbaring disamping ku, apa kamu mau jika aku meminta nya sekarang?" Tanya Peter.
Lena mengangguk canggung tanpa harus berpikir, karena itulah yang dirinya inginkan sedari dahulu. Wanita itu benar berbaring disamping Peter saat ini, dengan tangan pria itu yang memeluk perut kecil Lena. "Apa sudah terasa nyaman?" Tanya Peter takut Lena merasa tidak nyaman berada didekat nya seperti ini.
"Nyaman kok, aku menyukai posisi seperti ini. Rasanya seperti sedang dilindungi, tidurlah." Ucap Lena sebelum betul-betul mematikan saklar lama disamping tempat tidur rumah sakit itu.
Lena tersenyum sebelum benar benar tertidur dipelukan pria yang dicintai nya, Peter.
Sampai jumpa besok lagi, dibab selanjutnya.