Bab.9b (season dua)

1048 Kata
Lena tersenyum melihat Peter yang pagi ini sarapan bersama nya, dirinya berniat mulai menyatakan cinta nya pada pria itu. Entah jawaban yang akan diterima nya tidak sesuai yang diinginkan nya, yang pasti Lena tetap akan melakukan nya. Ia hanya harus mendapatkan waktu yang tepat saja untuk mengungkapkan nya. "Nanti malam apa kamu ada waktu?" Tanya Lena. Peter mengangguk. "Aku pulang sore hari ini." Ujar Peter membuat Lena melebarkan matanya. "Kamu masih mau kerja hari ini, padahal baru sembuh sakit loh?" Ujar Lena. Peter mengangguk. "Saya sudah lebih sehat dari sebelum nya." Ujar Peter yang Lena tahu tidak bisa dibantah lagi. "Hm, kalau begitu malam ini apa bisa kita ketemuan di suatu tempat?" Tanya Lena. Peter mengangguk. "Kirimkan saja alamat nya sebelum aku pulang kantor, aku akan kesana." Ujar Peter yang terlihat tak ingin menanyakan lebih detail perihal ajakan Lena nanti malam. Lena dengan semangat empat puluh lima mengangguk senang. "Akan aku kirimkan setelah berfikir dengan matang." Ujar Lena cekikikan membuat Peter menaikan satu alisnya kebingungan. Lena menatap kepergian Peter dari apartemen, bingung sekaligus berfikir tentang bagaimana Peter bisa bersikap biasanya saja setelah mereka tidur bersama tadi malam. Memang sih tidak terjadi apapun dengan mereka, tetapi pria itu bahkan memeluk Lena dalam tidur nya. Wanita itu menghela napas nya dan menuju ke dapur untuk mencuci piring bekas mereka makan pagi ini. "Rasanya udah kayak jadi istri aja." Gumam Lena sembari tertawa kecil. Siang hari nya setelah beberes ruangan tidur nya dan Peter, Lena terbaring di atas kasur nya sembari mencari-cari tempat makan paling romantis yang cocok untuk dijadikan perwujudan cinta mereka. "Apa yang ini gak terlalu berlebihan?" Gumam Lena pada dirinya sendiri. Lena melihat-lihat kebawah dan menemukan sebuah restaurant yang seperti nya cocok untuk dia menyatakan perasaan nya pada Peter. Dengan cepat Lena mengirimkan alamat restaurant tersebut pada Peter sebelum dirinya bersiap diri. Berlulur, mandi wewangian dan lain sebagai nya. "Tinggal maskeran aja." Gumam Lena tersenyum dengan senang. Wanita itu bahkan bersantai dengan layar TV yang menampikan sebuah drama romantis tepat dihadapan nya. "Apa aku harus mewarnai kuku juga?" Pikir Lena saat itu. Lena mencari keberadaan tempat ia menaruh hiasan kuku nya, tetapi seperti nya dirinya sudah membuang itu semua. Wanita itu memutuskan untuk membeli nya di minimarket lantai bawah. Tanpa mencopot masker nya Lena masuk kedalam mini market tersebut untuk mencari pewarna kuku. "Warna apa yang bagus dijari ku?" Tanya Lena pada dirinya sendiri sembari melihat-lihat. "Warna coklat pastel seperti nya cantik." Ucap Lena sembari mengambil warna itu untuk dibayar dikasir. Saat kasir membungkus dan memberitahu harga, Lena baru ingat kalau dirinya lupa membawa dompet. "Aih, bodoh sekali Lena!" Ujar Lena mengejek dirinya sendiri. Lena melirik kanan dan kiri nya berniat ingin meminjam uang terlebih dahulu. Hingga seorang wanita menyodorkan sebuah uang pada kasir disana. "Saya yang akan bayar barang nya." Ucap orang itu. Lena berterimakasih pada wanita cantik itu, walau pikiran nya mulai menebak-nebak tentang hari ini bukanlah pertemuan pertama mereka. "Wajah nya tidak asing sama sekali." Gumam Lena. Lena menggeleng dan melupakan nya. "Boleh minta nomor mu, aku akan membayarnya segera." Ucap Lena pada wanita tersebut. Wanita asing itu menggeleng dan memilih tersenyum sebelum pergi kebelakang tempat perbelanjaan kembali. "Wah, betul-betul wanita idaman." Gumam Lena yang hendak pergi untuk kembali ke apartemen. *** Didalam kantor, Peter berusaha untuk menyelesaikan perkerjaan nya dengan cepat. "Sudah jam delapan malam, tapi kenapa rasanya mengantuk dan gelisah secara bersamaan." Gumam Peter. Peter melihat kembali berkas yang ada ditangan nya. "Terlalu mengantuk, haruskah aku membuat kopi?" Pikir Peter. Peter memilih untuk menyuruh office boy membuatkan kopi untuk menghilangkan rasa kantuk nya. "Terimakasih." Ucap Peter sebelum meminum kopi nya. Hingga jam menujukan pukul malam, akhirnya Peter bisa mengerjakan semua nya dengan benar. Ia melihat ponsel nya dan memeriksa jikalau ada panggilan atau pesan masuk yang sempat ia lewati. "Lena?" Ucap Peter melihat ada pesan masuk dari wanita itu. Astaga, Peter sungguh melewatkan dua puluh pesan dari wanita itu. Apakah Lena masih menunggu nya di restaurant yang sempat di kirimkan alamat nya pada nya. "Lena!" Ujar Peter yang tanpa basa-basi segera berlari ke luar kantor untuk menuju ke restaurant Yah dimaksud Lena. Sedangkan Lena nampak kenyang dengan beberapa gelas es kopi yang sempat dirinya minum selama menunggu Peter agar tidak ketiduran. Tetapi bukan nya hilang kantuk, wanita itu malah kekenyangan dan menyebabkan dirinya mengantuk ingin tidur. Hingga suara mengorok terdengar di sana, Lena tertidur disana dengan iler yang menempel di pipi nya kala itu. Saat pelayan disana hendak membangunkan Lena karena mereka akan tutup resto, Peter dengan cepat mencegah nya dan memilih menggeleng wanita itu hingga ke mobil. "Biar saya yang memindahkan nya ke mobil." Ujar Peter. Peter juga bisa melihat hampir tujuh gelas es kopi di atas meja Lena. "Saya juga yang akan membayar nya." Ujar Peter yang diangguki oleh pelayan tersebut. Untung nya gelang yang akan diberikan nya sudah Lena masukan kembali kedalam tas, sehingga Peter tidak bisa melihat nya sebelum wanita itu berhasil mengungkapkan isi hati nya. "Ahhhmm— Peter kemana saja?" Gumam Lena dalam tidur nya membuat Peter yang berada disebelah nya merasa sangat bersalah. Peter mengigit bibir nya sendiri, kenapa pria itu bisa lupa dengan janji nya pada Lena malam ini. Peter juga memperhatikan pakaian beserta cat kuku yang tengah dipakai Lena. "Apa dia tidak berdandan terlaku berlebihan malam ini?" Pikir Peter. Lena mengeluh bahkan mengumpati Peter dalam tidur nya, bukan nya marah Peter malah tertawa mendengar kekesalan Lena padanya yang di keluarkan nya lewat tidur wanita itu. "Maaf Lena." Gumam Peter yang memang merasa sangat bersalah. "Haruskah kubelikan kado untuk nya besok sebagai permintaan maaf akan acara malam ini yang telah batal karena diriku?" Pikir Peter. Peter menepi sebentar ke pinggir jalan dekat lampu merah. Pria itu mengelus lembut pipi Lena disana, dan tersenyum dengan tulus. "Wanita aneh, dulu seperti nya kita tidak sedekat ini. Tapi mengapa, sekarang aku merasa kita semakin dekat saja." Ujar Peter sembari memperhatikan wajah Lena tulus. Sampai tidak mau pisah rasanya. Hujan tanpa di undang pun turun dengan deras nya, membuat udara disekitar mereka semakin dingin saja rasanya. Peter membuka jasnya dan memakaikan nya pada tubuh sang wanita yang tengah tertidur nyenyak dihadapan nya. Seakan terhipnotis, Peter tak sadar akan dirinya yang seakan ditarik untuk semakin mendekat pada tubuh Lena. "Boleh aku mencium mu?" Tanya Peter berbisik di hadapan wajah Lena yang masih memejamkan matanya. Selamat membaca bab berikutnya, di hari esok!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN