Pergi Dalam 30 Menit

1032 Kata
“Hai Daniel,” tulisan wanita itu terlihat rapi dan bersih. “Saat kau membaca surat ini, aku dan Ans sudah pergi dari rumah. Sesuai keinganmu, dokumen perceraian sudah kutandatangani. Kau memberiku waktu sampai malam nanti, dan Aku mengucapkan terima kasih atas kemurahan hatimu, tetapi, aku hanya butuh waktu 30 menit untuk pergi. Apakah kau terkejut?” Daniel tidak bisa membayangkan, wanita yang menulis surat dengan nada bicara begitu menantang, adalah wanita yang biasanya hanya mampu menundukkan kepala saat berbicara padanya. Anehnya, membaca surat itu, Daniel merasa wanita pemberani yang tergambarkan di surat, itulah Sierra yang sebenarnya. “Tidak ada satupun barang-barang pemberian Keluarga Raeschell untukku yang aku bawa pergi. Aku hanya membawa barang-barang yang kubawa sendiri saat aku memasuki rumahmu. Hanya saja, maaf, aku membawa beberapa barang kebutuhan Ans. Silahkan kau minta Bibi Rosa untuk memeriksanya kembali, dan katakan padaku jika ada yang hilang, aku akan berusaha untuk mengembalikannya.” “Sesuai dengan permintaanmu, mulai hari ini, kita tidak lagi memiliki hubungan dan tidak ada hutang apapun lagi yang harus dibayarkan. Anggap saja semua sudah dilunasi selama lima tahun ini. Maafkan aku yang telah membebani hidupmu selama ini. Aku mengucapkan terima kasih atas semua yang pernah kita lalui. Kudoakan kebahagiaanmu dengannya. Jaga dirimu dan kesehatanmu. Selamat tinggal.” Alis Daniel terangkat tinggi, saat membaca surat dengan tulisan indah itu. Lalu ia membalikkan kertas itu, dan melihat sebaris tulisan acak-acakan di bagian belakangnya. “Aku tidak akan memaafkanmu karena telah menyakiti ibuku selama ini. Aku dan Ibu akan pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi.” Kepala Daniel langsung terasa nyeri. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun kehidupannya bersama kedua orang itu, dia merasa sangat geram dan ada keinginan yang menggelitik hatinya untuk menangkap dan memukul p*ntat kedua orang itu agar tidak berbuat bandel. Dengan suara keras Daniel bertanya, “Kapan mereka pergi?” Yang dijawab hanya oleh keheningan. Sebenarnya, tak seorangpun yang berada di rumah mengetahui kalau Nyonya Muda dan Tuan kecil mereka telah pergi meninggalkan rumah. Bahkan penjaga pintu gerbang pun, berhasil dikelabui oleh Sierra, sehingga mereka tidak melihat kepergian kedua orang itu. “Kenapa kalian bisa sama sekali tidak menyadari kepergian mereka?” Suara berat Daniel kembali terdengar. Kali ini dengan nada dingin yang lebih menuntut. “Setelah Tuan Muda meninggalkan rumah, Nyonya Muda langsung kembali ke kamar dan disusul oleh Tuan Kecil. Tak lama, dari dalam kamar, samar-samar terdengar suara tangisan, sehingga kami tidak berani mengganggu.” Bibi Rosa memberanikan diri menjawab pertanyaan Daniel dengan suara bergetar. “Maafkan kami, Tuan Muda. Selama lima tahun ini, Saya belum pernah mendengar Nyonya Muda menangis sebelumnya. Jadi, kami tidak berani mengganggu beliau…” Bibi Rosa tidak berani melanjutkan lagi kalimatnya. Selama ini, biarpun dia selalu kuabaikan, dia tak pernah menangis sekalipun? Lalu, sekarang dia menangis? Apakah kali ini aku menyakitinya terlalu dalam? Daniel mengepalkan tangannya erat, emosi di sorot mata hitamnya begitu sulit ditebak. “Jenderal, apakah kita perlu segera melakukan pencairan dan mengejar Nyonya Muda?” Tanya Hendri lebih lanjut. Mata Daniel terlihat sangat serius. Baru dia membuka mulut untuk mengeluarkan perintah. Tiba-tiba terdengar suara dering dari ponselnya. “Jasmine?” “Kau sudah tiba di bandara? Bukankah jadwal penerbanganmu masih tiga hari lagi?” “Kau pulang lebih awal?” “Baiklah, tunggu disana. Jangan kemana-mana. Aku akan segera datang menjemputmu.” Sambil terus berbicara melalui ponselnya, pria jangkung itu berjalan keluar dengan tergesa-gesa. “Tuan Muda, Anda tidak mencari Nyonya? Tuan Kecil masih keturunan Raeschell, apakah Anda akan membiarkan Tuan Kecil terlantar begitu saja di luar sana? Apalagi, kelihatannya sebentar lagi akan turun hujan.” Bibi Rosa memberanikan diri berkata, ketika melihat sosok tinggi Daniel yang berjalan keluar dari rumah dan berjalan cepat menuju mobilnya. Sayangnya, sosok pria itu hanya meneruskan langkahnya begitu saja, tidak mengindahkan sedikitpun perkataan Bibi Rosa. Wajahnya yang memang selalu dingin, terlihat semakin membeku. Tatapannya begitu tajam dan menakutkan. Tak seorangpun berani untuk berkata apapun lagi. “Dengan kembalinya Nona Jasmine yang lebih awal, mungkin kepergian Nyonya Sierra yang seperti ini juga merupakan hal yang baik. Kalau tidak, pada akhirnya, dia juga yang akan terluka nantinya. Dia akan terusir secara paksa.” Hendri menghadang langkah Bibi Rosa yang masih ingin berusaha untuk mengejar Daniel. “Selama ini Jenderal menghabiskan separuh hidupnya di medan perang ataupun berlatih di pangkalan militer. Saat ini tujuan hidup Tuan Muda hanyalah karir militer dan Nona Jasmine. Tentang Tuan Kecil…” Perkataan Hendri terjeda sesaat, kemudian ia menghela nafas lelah, sebelum melanjutkan perkataannya. “Mungkin, bagi Tuan Muda, Tuan kecil hanyalah salah satu kesalahan yang sebisa mungkin ingin ia hapus dari jalan hidupnya. Meskipun dia tidak bisa mengabaikan keberadaan anak itu karena Tuan Besar, tetapi di masa depan, bisa jadi hanya anak yang didapatnya bersama Nona Jasmine, yang akan diakuinya sebagai anak kandung.” Hendri berbicara cepat, menjelaskan pada Bibi Rosa yang hanya bisa berdiri terpana, saat mendengar penjelasan Hendri, sebelum berbalik mengejar langkah Daniel. Tiba-tiba sebelum memasuki mobil, Hendri berbalik kembali dan menatap Bibi Rosa dengan tajam, “Ini mungkin terdengar kejam, tetapi mulai hari ini, di rumah ini sudah tidak ada lagi Nyonya Muda ataupun Tuan Kecil. Dari awal pun, Tuan Muda tidak pernah menyayangi mereka.” Tak lama, mobil hitam Daniel dan mobil militer pengawalnya, melaju beriringan meninggalkan rumah Daniel, iringan itu bergerak menuju bandara internasional. Hendri melirik kaca spion mobil dan memperhatikan gerak-gerik salah seorang pelayan yang berdiri di dekat Bibi Rosa. Pelayan itu pasti sudah mendengar semua perkataannya dengan sangat jelas. “Hendri.” “Siap.” “Kau berbicara terlalu banyak.” “Maafkan saya, yang telah lancang, Tuan. Tetapi, dengan cara ini, berita akan menyebar lebih cepat untuk didengar oleh mereka. Keadaan akan lebih aman bagi mereka.” “Hmm… aku mengerti.” Daniel terdiam sejenak, sebelum ia kembali berkata, “Apakah menurutmu aku terlalu kejam pada mereka, selama ini?” Hendri hanya terdiam mendengar pertanyaan Daniel. Ia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. ====== Ruang Tunggu Bandara Internasional. Seorang wanita berparas cantik, yang mengenakan kemeja berwarna pink dan rok senada, serta mantel bulu berwarna krem, terlihat sedang berjalan dengan anggun memasuki ruang tunggu bandara. Ia tersenyum manis dan anggun ke arah kumpulan kamera dan wartawan yang menantinya. Di bawah sorot kamera, dia terlihat sangat sempurna layaknya seorang tuan putri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN