Ibu dan Bungsu[2]

1718 Kata

“Jemma Fateena Kaamla-Maawirya...” Althaf untuk pertama kali menyebut nama Jemma dengan lengkap pada Ibu. “Nama yang indah.” Komentar Ibu. “Orangnya juga indah bu, cantik, pintar minus agak sulit didekati saja karena dia terbiasa mandiri.” Juga aku brondong... Lanjut Althaf dalam hati sembari tangannya tidak berhenti memberi pijatan dikaki ibunya. “Di mana bertemunya?” nama yang benar-benar baru dalam hidup putranya. “Awalnya karna ada insiden. Mobilnya mengenai si jalu sampai rebahan, bu. Ibu ingat yang malam-malam aku pulang futsal sama teman-temanku telat? Pas kejadian, aku lagi bicara sama Ibu ditelepon.” Anggita yang sudah tua, berusaha mengingatnya. “Dia enggak sengaja. Aku sudah mau marah. Tapi, dia malah lagi nangis... Kelihatan sedih banget. Terguncang begitu... akhirny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN