Episode 8

1124 Kata
Keesokan harinya, Bryan tak kunjung menyerah untuk mendapatkan hati Felicia. Dia takkan gentar hanya karena sekali atau dua kali mendapat penolakan dari Felicia, atau mungkin berkali - kali? Ini antara Bryan yang bermuka tebal atau Felicia yang terlalu toleransi terhadap pernyataan Bryan? Entahlah. Hari ini Bryan malah merencanakan sesuatu untuk menyatakan perasaannya. Dia meminta para pengunjung kafe untuk membantunya dalam acara pernyataan cinta ini. Bahkan Bryan juga melibatkan para karyawan dalam aksinya menyatakan perasaan kepada Felicia. Bryan mendapat informasi dari para pelayan bahwa Felicia biasa datang ke kafe saat istirahat makan siang berlangsung. Pantas saja Bryan setiap istirahat makan siang selalu bertemu Felicia. Ternyata dia baru saja datang ke kafenya. Karena jadwal datang Felicia itu, mempermudah Bryan untuk bertemu dengannya tanpa harus menunggu lama. Saat ini Bryan meminta sekretarisnya untuk mengosongkan jadwal agar aksi pernyataan cintanya berjalan tanpa hambatan. Bryan ingin apa yang dilakukan kali ini akan menggetarkan hati Felicia barang sedikit.  Setelah semua sesuai dengan apa yang diinginkannya, Bryan duduk di tengah - tengah bagian kafe dan menunggu Felicia datang dari pintu kafe. Semua sudah terlihat sempurna Bryan berdecak kagum atas semua usahanya untuk hari ini, sambil mengecek semua yang telah ia siapkan dengan cara menatap keseluruh ruangan yang sudah penuh akan hiasan. Tak butuh waktu lama bagi Bryan menunggu kedatangan Felicia. Beberapa jam kemudian Felicia tampak turun dari mobilnya dan berjalan memasuki kafe, Felicia tidak tahu apa yang akan terjadi di hidupnya hati ini. Betapa kagetnya Felicia ketika ia baru saja memasuki kafenya dan melihat balon - balon betebaran di atap dan lantai kafenya, bahkan matanya menangkap kalimat 'I Love You' yang terbentuk di tengah - tengah kafe setelah berhasil menyingkirkan kursi - kursi dan meja untuk membuatnya. Dan di antara kata 'Love' dan 'You' terdapat seseorang yang berdiri dengan begitu anggunnya sambil memegang sebuket bunga mawar indah. Ya, dia Bryan dengan jas rapi yang membalut tubuhnya menutupi kemeja putih yang ada di dalamnya, dan di bagian saku dadanya terlihat kain putih kecil menyembul dari dalam saku. Benar - benar sangat tampan. Dengan langkah gamang, Felicia menghampiri seseorang yang berada di tengah - tengah kafe.  Dia tidak menyangka kalau Bryan akan melakukannya sampai sejauh ini. Setelah Felicia benar - benar sampai dihadapannya, Bryan berjongkok di depannya. "Felicia Aleeza Putri. Maukah kau menjadi kekasihku?" Bryan menyodorkan bunga yang ada di genggamannya kearah Felicia. Diikuti sorak sorai pengunjung yang menonton aksi yang dilakukan Bryan. Begitu romantis dan sangat menyentuh hati setiap orang yang melihatnya, bahkan ada beberapa pengunjung yang membawa pacarnya terlihat cemburu dan menyuruh pacarnya untuk berbuat hal yang serupa. Dari berbagai sudut terdengar teriakan 'terima terima terima' untuk membantu Bryan agar Felicia menerimanya. "Apa maksudnya ini?" Felicia dengan rasa malu akibat acara pernyataan ini berbisik kepada Bryan yang berjongkok di hadapannya. "Aku mencintaimu Felicia. Apa kamu tidak percaya?" Bryan membalas berbisik pula tanpa mengubah posisi jongkoknya. "Ikut aku...." Felicia menarik tangan Bryan untuk mengikutinya ke dalam ruangan kerjanya diiringi sorakan riang dari para pengunjung yang berpikir bahwa Felicia menerima pernyataan cinta Bryan. Bahkan tak banyak pengunjung yang merasa iri akibat keromantisan Bryan. Dan suara - suara itu membuat Bryan tersenyum bahagia, akhirnya Felicia mampu menerimanya. Begitulah Bryan berpikir atas tindakan Felicia yang tiba - tiba menariknya menuju ruangan kerjanya. Sepertinya besok dia sudah berhasil membuat Felicia menjadi miliknya, dia yakin Felicia akan membalas perasaannya suatu hari nanti, mungkin sekaranglah saat itu. Saat mereka berdua telah sampai di dalam ruangan, Felicia segera menghentakan tangan Bryan dan meluapkan segala emosinya. " Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?" Teriakan Felicia memecahkan kesunyian di dalam ruangan itu. Untung saja para pengunjung masih asik dengan kehebohan yang dilakukan Bryan, sehingga tidak mendengar teriakan Felicia. Kecuali para karyawan Felicia yang berada di sekitar ruangan itu dan mendengar teriakan itu seketika terdiam, mereka berdoa dalam hati agar Felicia tidak memecat mereka karena telah membantu Bryan. Para pegawainya berpikir Felicia akan tersentuh dengan semua yang dilakukan Bryan ini, tapi nyatanya salah. Felicia malah menolaknya secara mentah - mentah. "Aku mencintaimu Felicia..." Bryan kembali mengucapkan kalimat cintanya. Dia takkan bosan untuk mengatakan hal itu, bahkan sampai mulutnya berbusa pun ia takkan menyerah. "Kau tak tau. Kau cukup muda untukku." Felicia menurunkan nada bicaranya. Felicia mencoba memberi pengertian kepada Bryan bahwa mereka tidak cocok satu sama lain. "Apa maksudmu? Aku sudah 25 tahun dan sudah sepantasnya mencari seorang kekasih ataupun istri." Bryan mengelak dengan emosi atas apa yang sudah dikatakan Felicia. Dia masih belum cukup mengerti arti kalimat Felicia. Yang Bryan tahu hanyalah ia yang sudah terjerat pesona Felicia sejak lama. "Aku tidak perawan." Felicia mengatakan hal pertama yang dia yakini dapat membuat lelaki manapun berhenti mencintainya. Dan benar saja, Bryan sedikit terkejut akan fakta itu. "Yah, mungkin untuk seumuran kita setidaknya melakukan itu satu dua kali termasuk wajar." Bryan menganggap bahwa Felicia seumuran dengannya. Dan menganggap hal itu adalah sesuatu yang wajar mengingat di zaman sekarang wanita yang masih perawan begitu jarang. "Aku sudah berumur 32 tahun, tujuh tahun lebih tua darimu." Fakta ini membuat Bryan terpaku tak percaya. Selama ini Bryan mengira bahwa Felicia seumuran dengannya, tetapi ternyata dia tujuh tahun lebih tua darinya! Tapi apa yang dapat Bryan lakukan? Bryan Kadung  Cinta dengan Felicia. Mungkin ia bisa menghilangkan fakta ini, jika Felicia telah menjadi miliknya nanti. "A-aku akan tetap mencintaimu. Cinta tak memandang umur!" Bryan menetapkan hatinya bahwa dia sudah menaruh hati kepada Felicia, tak peduli lagi umur mereka yang terpaut cukup jauh. Apapun fakta yang akan dikatakan Felicia, Bryan akan tetap mencintainya. "Dan aku seorang janda satu anak." JEDAARR..... Seperti tersambar beribu - ribu petir menuju dirinya, Bryan terkejut tidak percaya. Ternyata selama ini dia telah mencintai seorang Janda! Tetapi hatinya tak dapat dibohongi bahwa dia memang mencintai Felicia. Tetapi janda satu anak? Bryan tidak tahu harus melakukan apa. Bryan terdiam cukup lama akibat fakta yang terakhir. "Kau sudah tau sekarang mengapa aku menolakmu kan? Sekarang pergilah." Felicia membalikkan tubuhnya membelakangi Bryan, dia tak mampu melihat wajah terkejut sekaligus kecewa dari Bryan. Hatinya begitu sakit saat mendapati raut muka Bryan yang seolah tak dapat menerima statusnya. Felicia tertawa di dalam hati, memang lelaki mana yang mau dengannya? Yang merupakan seorang janda beranak satu! Kalaupun ada yang mau palingan kakek - kakek yang terlalu lama melajang! Felicia merasa tidak pantas dicintai Bryan yang menurutnya terlalu sempurna "Tapi aku-" belum sempat Bryan menjelaskan ketidak percayaannya, tetapi Felicia segera berteriak lantang kearahnya sambil menunjuk pintu ruangannya. "KELUAR!" Teriakan itu Kali ini berhasil meredam kehebohan yang berada di luar ruangan kerja Felicia. Diikuti tubuh Bryan yang berjalan gontai meninggalkan kafe milik Felicia. Setelah dirasakan Bryan telah hilang di belakangnya, Felicia jatuh terduduk diatas lantai, menangisi keputusannya yang harus menolak Bryan. Tanpa sadar Felicia juga merasakan hal yang sama terhadap Bryan. Tetapi tak banyak yang bisa dilakukannya, dia hanyalah seorang janda. Dan tak ada hak baginya untuk memilih. To Be Continued...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN