Setelah kejadian kemarin, Bryan kembali mengunjungi Felicia kembali berharap dia dapat mendapatkan sedikit perhatian dari Felicia. Kali ini dia bertekad untuk mengutarakan isi hatinya kepada Felicia. Konyol memang, baru kenal beberapa hari langsung menyatakan perasaan, tapi mau gimana lagi? hatinya secara tak sadar telah mengunci nama Felicia secara permanen. Sepertinya Bryan benar - benar telah jatuh cinta kepada Felicia hingga membuatnya ingin langsung menikahinya, dia tak berniat menjadikan Felicia sebagai kekasihnya mengingat umurnya sudah tidak muda lagi. Dia sudah cukup matang untuk menikah, sehingga ia memutuskan untuk langsung melamar Felicia dan berharap Felicia dapat menerimanya.
"Selamat datang tuan..."
Sapaan salah satu pelayan yang berjaga di pintu kafe menyambut kedatangan Bryan sambil membungkukkan tubuhnya sedikit. Para pegawai di kafe itu sudah hafal akan sosok Bryan yang selalu mengunjungi kafe meskipun hanya duduk dan menunggu Felicia memasuki kafenya. Semua pegawai sangat memaklumi hal itu karena mereka tahu Bryan sudah terjerat akan pesona pemilik kafe itu.
Setelah benar - benar memasuki kafe, Mata Bryan langsung menjelajah seisi tempat itu, mencari - cari keberadaan Felicia. ini yang selalu dilakukan Bryan setelah kakinya berhasil memasuki kafe tersebut yaitu mencari keberadaan Felicia.
Gatcha!
Matanya melihat sosok pujaan hatinya itu tampak bercakap - cakap dengan gadis belia, dia nampak memandang gadis itu dengan penuh kasih sayang dan menanggapi setiap racauan gadis itu dengan senyuman manisnya yang mampu membuat Bryan termenung barang sesaat. Kemudian Felicia mencium kening gadis itu dan membiarkan gadis itu pergi menjauhinya diiringi lambaian tangan dari keduanya. Setelah memastikan gadis itu pergi, Felicia tampak berbalik untuk kembali ke ruangannya. Melihat itu, Bryan langsung menghampiri Felicia yang baru saja ingin membuka knop pintu ruangannya.
"Felicia..." Bryan memegang pergelangan tangan Felicia. Dan membuat Felicia membalikkan badan untuk melihat siapa yang memegang tangannya. Setelah diketahui bahwa dia adalah Bryan, Felicia segera menampilkan senyum manisnya yang mampu memabukkan hati setiap pria, termasuk Bryan tentunya.
"Ah Bryan. Ada yang bisa saya bantu?" Felicia bertanya dengan ramah kepada Bryan.
"Aku ingin berbicara berdua denganmu. Apakah kamu ada waktu?" Bryan meminta waktu Felicia sesaat untuk bisa berbicara dengan leluasa. Karena menurutnya ini adalah saat yang tepat untuk menyatakan apa yang ada di hatinya.
"Baiklah, mau berbicara di ruanganku?" Felicia berkata sambil menawarkan Bryan memasuki ruangannya. Dan dibalas Bryan dengan anggukan. Felicia tidak berpikir bahwa dia akan ditembak hari ini, yang ada dipikirannya hanya komplain yang akan diajukan Bryan nanti. Mungkin dia ingin mengatakannya secara pribadi karena menghargai pegawainya. begitulah isi pikiran Felicia saat Bryan mengajaknya berbicara berdua.
Akhirnya mereka berdua memasuki ruangan Felicia. Felicia menyuruh Bryan untuk duduk di sofanya, sedangkan Felicia duduk di sofa yang lain.
"Ada apa Bryan?" Felicia membuka pembicaraan dengan pertanyaan. Tak ada prasangka apapun saat mulutnya mulai membuka pembicaraan dengan Bryan.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu..." Bryan dengan gugup memandang kearah Felicia yang tampak menunggu kelanjutan dari kalimat Bryan. Seberkas keringat berhasil muncul di dahi Bryan. Dia baru tahu, jika menyatakan cinta akan segugup ini. Jantungnya berpacu dengan cepat seperti suara gerbong kereta batu bara yang melaju dengan cepatnya.
"Aku menyukaimu. Sejak aku pertama kali melihatmu." Akhinya ungkapan hatinya berhasil keluar juga dan Ucapan Bryan itu berhasil membuat Felicia kaget seketika. Menyukainya? Apakah Felicia tak salah dengar? Diusianya yang sudah menginjak 32 ini, masih saja ada yang menyukainya? Apakah Bryan buta? Berbagai pertanyaan heran bermunculan di kepala Felicia. Felicia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bryan mengingat statusnya yang merupakan seorang janda beranak satu. Apa jadinya nanti jika Bryan mengetahui hal itu, pasti dia akan langsung meninggalkannya saat itu juga. Setelah perceraiannya dengan suami terdahulunya, ia merasa trauma akan lelaki. Apalagi lelaki yang sesempurna Bryan, Tampan, Kaya dan mapan. Pasti banyak sekali wanita yang mengejarnya, tetapi mengapa ia malah memilih Felicia? yang baru dikenalnya beberapa hari saja.
"Suka?" Felicia mencoba memastikannya sekali lagi. Mungkin Bryan ingin mengatakan perasaannya kepada karyawannya atau siapa lah yang ada di sekitarnya dan meminta Felicia untuk menyampaikannya, mungkin.
"Iya suka kamu. Felicia Aleeza Putri." Bryan mengungkapkan sekali lagi dengan nada yang serius sambil menyebutkan nama Felicia secara lengkap agar dia tahu bahwa Bryan benar - benar menyukainya. Bryan ingin Felicia mengetahui bahwa cintanya kepada Felicia begitu tulus dan serius.
"Tapi... Tapi kita baru ketemu. Aku baru saja mengenalmu, bagaimana kamu langsung bisa menebak bahwa apa yang kamu rasakan itu benar cinta?" Felicia mencoba mengelak sambil memberikan pengertian kepada Bryan. Masalahnya mereka bertemu baru kemarin, tetapi Bryan dengan lancangnya mengatakan suka kepadanya. Felicia tak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan Bryan ini.
"Aku suka pada pandangan pertama saat melihatmu waktu itu." Bryan mengatakan awal rasa cinta ini mulai tumbuh. Dan dia berharap ucapan akan cinta pandangan pertamanya ini dapat menggetarkan hati Felicia. Tapi sayangnya, hati Felicia sudah tertutup rapat karena lukanya di masa lalu.
"Tapi maaf... Aku tidak bisa membalasnya." Felicia menjawab sambil beranjak dari duduknya untuk meninggalkan Bryan. Tetapi tangannya segera dicekal oleh tangan kekar Bryan dan mengakibatkan Felicia menghentikan langkahnya.
"Aku akan menunggumu dan aku akan membuatmu membalas perasaanku." Bryan berkata seperti itu sambil melepaskan pegangannya dan membiarkan Felicia meninggalkannya sendirian. Sebenarnya Bryan cukup kecewa dengan apa yang menjadi jawaban Felicia. Untuk pertama kalinya dia jatuh cinta, sekaligus pertama kalinya ia patah hati.
Setelah Felicia menghilang dibalik pintu ruangan, Bryan menyusul untuk keluar ruangan dan berjalan menuju kantornya kembali. Mungkin besok dia akan mengungkapkannya sekali lagi untuk meyakinkan Felicia atas apa yang dirasakannya. Bryan tak akan begitu saja menyerah dengan cinta pertamanya, dia yakin dia dapat menakhlukkan hati Felicia suatu hari nanti. walau nantinya butuh bertahun - tahun lamanya, dia akan tetap menunggu Felicia membalas cintanya.
Dan benar saja, keesokan harinya dan hari - hari berikutnya di habiskan oleh Bryan dengan merayu dan menggoda Felicia di kafenya. Sedangkan Felicia menanggapinya dengan cuek dan sesekali menghiraukan apa yang dilakukan Bryan untuk menarik perhatiannya. Berbagai upaya dilakukan Bryan untuk membuat hati Felicia tergerak, meskipun hanya sedikit tetapi dia ingin Felicia juga sedikit membalas perasaannya itu.
Bryan tak pernah lelah mengatakan perasaannya kepada Felicia. Bahkan Felicia sampai hafal semua kalimat - kalimat pernyataan cinta yang dikatakan Bryan. Saking seringnya Bryan mengatakan cinta dan cinta kepadanya, sampai kepala Felicia seakan ingin pecah dan memuntahkan segala kalimat - kalimat cinta yang di dengarnya dari mulut Bryan. Padahal Felicia sudah mengutarakan segala penolakannya. Mulai dengan penolakan secara halus sampai bentakan kasar pun telah dia utarakan. Tetapi Bryan seakan bebal akan semua itu, dan itulah yang membuat Felicia makin frustasi.
Cinta pandangan pertama? Hah... Omong kosong!
Felicia tak percaya apa itu yang dinamakan cinta pandangan pertama. Menurutnya itu sangat mustahil dan hampir tidak pernah terjadi.
To Be Continued.....