"Mau bertaruh?" "Apa lagi yang ingin kau pertaruhkan?" "Jika aku meminta maaf padamu, maka kau boleh melakukan apa pun padaku." "Jangan bercanda, kau memakai tubuh Lica." "Aku dan Lica-mu adalah satu, jika kau kalah ... kau harus menuruti perintahku. Bagaimana?" "Termasuk menidurimu?" "Termasuk meniduriku." "Deal, sampai kapan batas waktunya?" "Selamanya." Ku buka kedua mataku, sudah lama aku tidak bermimpi Felicia. Kepribadian Lica yang telah menghancurkan mata kiriku. Dendam? Tentu saja aku dendam padanya, tetapi tidak dengan Lica. Lica memiliki tatapan yang lembut saat menatapku, berbanding terbalik dengan Felicia yang menatapku dengan tatapan merendahkan. Aku tidak menyangka jika ia akhirnya meminta maaf padaku, setelah sekian tahun lamanya sejak kejadian mata kiriku yang ia

