Sebenarnya Reyna tidak begitu sedih saat dilabrak Anggi, justru dia merasa lepas karena bisa mencurahkan perasannya yang selama ini dia tahan-tahan. Namun, dia sedih dan kecewa karena baju baru kesayangannya robek. Meskipun jahitannya lumayan rapi dan masih bisa dia pakai, tetap saja Reyna murung dan cemberut. Igun senyum-senyum melihatnya, karena sikap Reyna yang begitu menggemaskan. Tiba-tiba ponsel Igun berbunyi. “Halo, Pak Dewa?” “Gun, bagaimana Reyna?” “Aman, Pak.” “Kamu berdua bisa ke kantor sekarang. Anggi sudah pulang.” Igun mendelik heran, merasa begitu cepat Anggi pergi dari kantor. Sekalipun bertengkar dengan Dewa, Anggi bisa seharian di kantor Dewa, karena biasanya pertengkaran mereka berakhir di ruang istirahat Dewa. “Baik, Pak Dewa.” Panggilan ditutup, dan Igun berali