Sesampainya di apartemen, Dewa menghempaskan tubuhnya duduk di atas sofa dan bersandar. Tangannya masih mendekap kotak paket berisi baju baru Reyna yang dia beli langsung dari Singapura. Dewa menghela napas panjang, berusaha mengatur emosinya dengan meredam kekesalannya terhadap apa yang dia hadapi beberapa hari ini. Dia tidak pernah merasakan kekesalan bercampur kebingungan seperti sekarang, terutama memikirkan Reyna yang mulai berani membangkang. “Halo, Dana?” “Bu Reyna diantar temannya, Pak Dewa.” “Ya, aku tau. Sudah sampai di mana dia?” “Baru ke luar dari mobil, Pak. Ngobrol sebentar sama temannya. Eh, sudah masuk lobi, Pak Dewa!” Dewa mengakhiri panggilannya dengan wajah masam. Saat mendapat informasi bahwa Reyna pulang dengan mobil temannya, dia pun menyuruh Dana untuk mengikut