Dewa sudah datang dan duduk lebih dulu di café tempatnya janji bertemu Sander. Sambil menunggu kedatangan Sander, dia mengawasi pekerjaannya melalui tablet yang ada di hadapannya dengan wajah serius. Ada beberapa email penting yang dia balas, dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. “Sempat-sempatnya kerja.” Dewa terkejut, menoleh ke arah Sander yang berdiri di belakangnya, menepuk bahunya. “Biar nggak bosan menunggu,” ujar Dewa, memasukkan tabletnya ke dalam tas khusus dan meletakkannya di sisi bangkunya yang kosong. Sander duduk di depannya. “Reyna menghubungimu?” tanya Dewa. Sander terkekeh mendengar pertanyaan Dewa. “Kenapa langsung tanya soal Reyna? Kamu menyesal memberiku kesempatan mendekatinya?” Dewa tersenyum tipis, entahlah, mungkin dia menyesal