Dewa membuka pintu apartemen Reyna dan menutupnya dengan pelan. Di tengah mabuk berat, dia masih bisa berpikir dan melihat keadaan ruang utama apartemen Reyna yang tampak sepi-sepi saja. Lalu matanya tertuju ke pintu kamar Reyna yang terbuka lebar, serta lampu yang menyala terang. Dewa melangkah terhuyung menuju kamar, dan dia melihat Reyna yang sedang duduk dengan wajah tertunduk, dan tangan yang memegang alas kasur. “Untuk apa kamu kemari lagi?” tanya Dewa dengan suara beratnya. Perasaannya bercampur aduk melihat gadis itu duduk menyamping dengan wajah tertunduk. Reyna tampak tersentak kaget, dan kontan menoleh ke belakang. “Pak Dewa.” Reyna tentu saja langsung berdiri dari duduknya, dan mengambi tas berisi barang-barang yang hendak dia bawa dan mendekapnya. “Aku mau mengambil barang