“Yang aku dengar dari mulutnya Elisa justru bukan ajakan, tapi sugar-coated threat. Manis di awal, tapi lengket di akhir. Niatnya untuk bikin kita ngerasa ngga enak nolak, padahal kita memang ngga mau,” ujar Ben. Setengah jam menjelang pukul sebelas malam. Pengantin baru itu belum naik ke ranjang, namun kompak dalam posisi plank di lantai. Sudah pengulangan ketiga, di detik ke 75. “Sampai sekarang aku ngga paham kenapa kalian bisa dekat,” tambahnya. Anne tak langsung menjawab, fokus mengatur napasnya. Begitu angka menit di stopwatch berganti, ia menjatuhkan pelan tubuhnya, menelungkup. “Dia yang ngerasa dekat sama aku. Kalau aku mah biasa aja.” “Justru itu yang bikin aneh, sayang. Memangnya dia ngga punya insting sampai ngga sadar kalau sikap kamu bodo amat gitu?” balas Ben. “Kelihata