BOCAH BESAR

1584 Kata

“Helmnya oglek-oglek, Ben,” ujar Anne. Tangannya melingkar di pinggang Ben, memeluk erat. Ia bicara seraya menopang dagunya di bahu sang suami. “Kan aku sudah bilang tadi. Mau mampir dulu beli helm?” balas Ben. Bukan lampu merah yang membuat laju mereka melambat, namun kemacetan yang memang belum mengurai. “Aku ngikat rambut terlalu longgar, jadi scrunchie-nya ngga ngeganjel.” “Berhenti dulu aja, ya?” tawar Ben. “Ngga usah deh. Nanggung. Lagian lumayan nih kepala rasanya ngga begitu pengap,” jawab Anne. Ben mengangguk. “Sayang?” “Apa?” “Aku beli motor ya?” “Ada dua dong motor kita? Biar bisa misah berangkatnya?” “Ya ngga gitu juga, Uni Peri.” “Terus?” “Lumayan pegal pakai motor kamu.” “Kenapa?” “Posisi kakinya ngga pas.” “Kependekan ya motornya?” “Iya.” “Ya kan sesuai ting

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN