PilarMaju, pukul 08.05. Lampu-lampu plafon sudah menyala, aroma kopi dari pantry menembus batas antar kubikel. Ben datang sedikit lebih pagi dari biasanya, penyebabnya tentu saja karena ia bersama Bentayga, bukan skuter matic mungil kesayangan Anne. Satu lagi, Ben nongol dengan santainya—kaos oblong pinjaman, celana futsal Eldra, dan drawing tube yang… kini penuh grafiti. Bukan gambar biasa, tapi hasil eksperimen Anta dan Alta dengan gold dan silver pen permanen. “Hiiih! Anta gambar apa?” seru Ben, matanya melotot pura-pura kagum. “Tutul.” “Macan? Aum!” Ben bikin efek suara harimau. “Tutul!” bantah Anta serius. “Tutel!” Alta ikutan nimbrung, wajahnya meyakinkan. “Oh, turtle maksudnya?” Ben mengangguk-angguk, pura-pura paham. “Iya.” “Turtle kecebur di tambang emas?” celetuk Ben ser