Anindya masih merajuk, dia tidak mau bicara dengan Raka sejak pria itu membentaknya hari kemarin. Raka tetap mengantarkan Anindya ke kampus seperti biasa. Sepanjang perjalanan gadis itu cuma terdiam, tidak berniat membuka percakapan sama sekali antara mereka berdua. "Kamu masih marah sama aku?" Tanya Raka, pria itu terlihat santai. Sudah sejak jama orok Anindya sering marah padanya. Tak hanya mendiamkannya, gadis itu bahkan menyiramnya dengan air. Memukulinya, atau menendang kakinya. Raka merasa kisah romantis itu tak pernah berakhir sekalipun keduanya sudah menikah. Mengingat itu mau tidak mau Raka terkekeh geli sendiri. Melihat sikap Raka yang sedang cengar-cengir seenaknya, Anindya segera menegurnya. "Kenapa? Mas ngetawain Anin?! Muka Anin aneh? Atau bedaknya ketebalan?!" Anindya

