Nadine juga mulai berkeringat dingin kala melihat ruangan yang ada di hadapannya sekarang. Dia masih bisa mengingat dengan jelas di mana posisi ayah dan ibunya terbaring empat belas tahun yang lalu dengan bersimbah darah. Akh! Nadine berdesis karena mengingat kembali suara desing peluru yang menembus tubuh ayahnya. Jantungnya terasa menghentak semakin cepat, membuat napasnya tidak beraturan hingga rongga dadanya terasa sesak. Bayangan peristiwa kejadian empat belas tahun silam kembali berputar di otaknya. "Ibu ... ayah ... aku kembali." Setelah Nadine berkata begitu, tiba-tiba saja tubuhnya luruh menyapu lantai marmer putih. Pandangannya kabur, detik berikutnya Nadine merasakan pandangannya gelap. *** "Nadine!" Suara seseorang memanggil dari luar. "Nadine!" panggilnya lagi. Ka