Eps. 5 Pertemuan Awal Dengan Levon

1030 Kata
Nadine menatap mobil yang dikendarai pria asing itu. Sebuah mobil Bugatti berwarna hitam pekat sepekat pakaian yang dikenakan oleh pria itu. Mobilnya merupakan mobil mewah. Dia bukan orang biasa. Tapi kenapa dia tidak takut berkeliaran di jalanan sesepi ini? Nadine kembali melihat dengan cepat dari kaca mobil yang terbuka separuh. Pada dasbor, dia bisa melihat hanya ada topi hitam yang tergeletak di sana. "Nona, kenapa diam saja? Naiklah, aku akan mengantarmu sampai ke tempat tujuan. Mungkin kau akan kesulitan mencari taksi atau kendaraan umum lainnya." "Désolé, apa aku tidak merepotkanmu, Tuan?" Nadine menjawab pria yang fasih bicara bahasa Prancis itu dengan mudah dalam bahasa Prancis juga. "Non." Pria itu menggelengkan kepala, lalu membuka pintu mobil. Nadine kembali menyapukan pandangan ke sekitar, sayangnya saat itu tak ada kendaraan lain yang lewat selain mobil Bugatti di hadapannya. "Oui, merci." Terpaksa, Nadine pun masuk ke mobil bercat hitam tersebut karena tak ada kendaraan lain yang lewat di sana. Dia tidak tahu jika menunggu lagi akan mendapatkan kendaraan atau tidak. Mobil Bugatti hitam kemudian meluncur membelah jalanan yang sepi. "Nona, ke mana tujuanmu?" Pria dengan lekuk wajah sempurna itu kembali bertanya. "Kantor Polisi Distrik Bordeaux." Pria bermata elang itu menyipitkan sudut matanya begitu mendengar kata 'kantor polisi' disebut. Dia juga memindai gadis yang dia berikan tumpangan. Sepertinya dia bukan orang sini. Tapi dia mahir bicara dalam bahasa Prancis?! "Daerah ini sedang dalam siaga dua. Kenapa kau malah datang kemari, Nona? Ini tempat yang berbahaya untukmu." Pria dengan dagu terbelah itu nampak menunjukkan simpati. "Saudaraku. Aku kemari karena saudaraku. Aku ingin memastikan kondisinya baik-baik saja." Sengaja Nadine berkata bohong pada pria yang sudah membantunya. Baginya siapa saja di Prancis ini yang dia temui bisa jadi salah satu dari teroris yang kabur. Siapa yang tahu? Selain itu ya tak boleh mengungkap identitasnya pada siapapun itu yang dia temui. Akan berbahaya jika warga sipil mengetahui dirinya adalah agen polisi khusus. Aku tidak tahu wanita ini warga biasa ataukah dia merupakan bagian intel dari polisi? Pria tadi memutar bola mata, demi mengamati gerak-gerik Nadine. Dari penampilan wanita itu tidak menunjukkan sosok sebagai anggota agen polisi. Biasanya agen polisi wanita berambut pendek, tapi rambut Nadine panjang terurai. Tapi dari sikap dia sedikit misterius. Ada sesuatu yang ditutupi olehnya. "Lalu kau sendiri, Tuan ... apa tidak takut keluar dalam suasana seperti ini?" lontar Nadine. Sedari tadi dia sudah penasaran akan hal itu. Pria itu melempar senyum tipis. "Teroris juga manusia. Apa yang perlu ditakutkan darinya." Nadine hanya mengangkat satu alis cokelatnya mendengar itu. Entah pria itu sombong atau angkuh, berkata demikian. Dia tak merespons. "Apakah tempat tujuanku masih jauh, Tuan?" Rasanya Nadine ingin cepat sampai dan cepat-cepat turun dari mobil milik pria asing yang tak dikenalnya. Makin lama dia berada di sana, maka semakin banyak informasi pada dirinya akan dikorek oleh pria itu. Itu yang dia hindari. "Kantor polisi berada tidak jauh dari sini, Nona." Setelahnya mereka berdua terdiam, hingga akhirnya tiba di depan Kantor Polisi distrik Bordeaux. "Tuan, terima kasih atas kebaikan hatimu mau memberiku tumpangan. Sungguh aku tidak tahu jika saja tidak bertemu denganmu mungkin aku akan berjalan kaki sampai di sini." Nadine segera turun dari mobil mewah sembari membawa kopernya. "Tak perlu sungkan, Nona. Semoga keluarga yang kau cari di sini baik-baik saja. Au revoir." Pria asing itu kembali melempar senyum tipis, lalu memacu mobilnya kembali dengan cepat menjauh dari kantor polisi. Di tengah perjalanan sesuatu terjatuh dari dasbor mobil pria tadi. Sepasang bola matanya segera menangkap benda yang tergeletak di depan kursi kosong yang tadi diduduki oleh Nadine. "Revolverku!" Pria tadi kemudian segera mengambil pistol metalik itu lalu menyelipkan di balik bajunya. "Beruntung, benda ini tak jatuh di saat wanita tadi menumpang di sini. Bisa gawat Jika ada yang mengetahui aku membawa senjata." Baru beberapa meter mobil melaju kembali terdengar suara di mobil. Kali ini ponsel milik pria itu yang berdering. "Siapa yang meneleponku?". Pria tadi menggeser tombol hijau pada ponsel yang otomatis langsung tersambung pada headset yang dari tadi terpasang di indera pendengarnya. Terdengar salah seorang bicara setelahnya. "Tuan Levon, semuanya sudah bersiap di tempat yang Anda sebutkan. Apakah kita akan bergerak sekarang?" "Tunggu! Aku masih ada sedikit urusan. Jangan ada yang bergerak sedikit pun sebelum aku tiba di lokasi. Tetap pertahankan posisi kalian seperti sekarang ini. Sebentar lagi aku sampai." Setelahnya panggilan berakhir, tepatnya pria bernama Levon itu yang memutuskan panggilan. Pria itu kini beralih menatap ponsel canggih di depannya. Ada sebuah tayangan video di sana, sebuah tayangan video yang menunjukkan sebuah tempat tersembunyi juga banyak pria berbaju hitam yang siaga di sana sedang menunggu kedatangan seseorang. "Wanita tadi, entah kenapa aku merasakan bertemu dengannya lagi. Entah kapan dan di mana." Mobil Bugatti hitam pekat itu kemudian menghilang di balik embun pagi yang masih pekat. *** "Selamat pagi, aku Inspektur Nadine Questa Brice dari London, menerima perintah untuk bertugas di sini." Nadine menunjukkan kartu identitasnya pada agen polisi yang saat itu sedang bertugas. Dia segera masuk ke kantor polisi, tentunya untuk bergabung dengan agen polisi yang ada di sana dalam menangani kasus teroris kali ini. "Oh, bonjour Inspektur Nadine!" Seorang agen polisi yang membaca kartu identitas Nadine segera berdiri dari tempat duduk lalu memberikan hormat pada wanita di hadapannya, yang ternyata pangkatnya lebih tinggi daripada pangkatnya. "Bonjour." Nadine hanya mengangguk menerima salam penghormatan dari agen polisi tersebut. "Silakan ikuti aku, Inspektur." Agen polisi tadi kemudian membawa Nadine masuk ke ruangan. Bukan masuk ke ruangan agen polisi biasa, tapi langsung masuk untuk menemui atasan mereka. "Excusé moi." Nadine tetap menunjukkan kesopanannya, terlebih dia ada di negara lain saat ini. Bagaimanapun juga dia juga membawa serta nama Kepolisian London selama bertugas di sana. Jangan sampai dia mencoreng atau membuat malu nama kepolisian wilayah London karena sikapnya. "Masuk, Inspektur Nadine," ucap suara seseorang dari balik pintu sebuah ruangan. "Siap, Komisioner." Nadine bahkan memberi hormat sebelum masuk ke ruangan atasan di sana. Setelahnya Nadine masuk ke ruangan dengan menutup pintu. Tanpa basa-basi Komissioner membahas masalah yang saat ini sedang terjadi di sana, juga memaparkan tugas apa saja yang harus diemban Nadine selama berada di Prancis ini. "Siap, Komissioner Louis!" Satu jam kemudian Nadine keluar dari ruangan Komissioner Louis. Nampak dia menghirup napas panjang sebelum kembali berjalan. Mungkin saja aku tak akan tidur selama beberapa hari ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN