Maka malam itu juga, Bima langsung mengebut mobilnya menuju apartemen Binar. Dan begitu tiba di apartemen Binar, saat sang istri membukakan pintu, ia tak bisa menahan diri selain langsung memeluknya. “Hah? Kenapa, Pak?” pekik Binar kaget. Untung saja Hana sudah pulang. “Sekarang saya sudah tahu kenapa kamu marah.” Binar mengangkat sebelah alisnya. “Kok cepet banget?” “Hah?” Bima ternganga. “Kok bisa cepet tahunya? Bukannya biasanya kamu nggak pernah mau salah?” Bima menelan ludah. Jadi memang begitu kesan dirinya di mata Binar? Arogan? Maka ia melangkah maju, menyentuh tangan Binar yang tergantung di samping tubuhnya. “Aku… seburuk itu?” Kini giliran Binar yang tertegun. Bagaimana bisa bos dan suami yang biasanya begitu angkuh dan arogan bisa berubah dalam semalam? Binar berdehem